Anies Sebut Persoalan Air di Jakarta Sudah Capai Fase Kritis

Dimas Jarot Bayu
12 Juli 2018, 16:50
Gubernur Anies Baswedan
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Karenanya, Rachmat menilai Pemprov DKI harus bisa meningkatkan pasokan air baku dari PAM Jaya agar masyarakat tak lagi menggunakan air tanah. "Masyarakat itu makhluk ekonomi, kalau jauh lebih mudah dan murah pakai air PAM, dia pasti tak akan pakai air tanah," kata Rachmat.

Direktur AMRTA Institute Nila Ardhianie menilai Jakarta memerlukan sistem pipanisasi untuk air baku terintegrasi. Selama ini, Nila menilai sistem tersebut belum dibuat sehingga masyarakat akhirnya melakukan penggalian sumur air tanah.

"Harusnya begitu kota berkembang, air pipa segera disiapkan biar tak berkepanjangan seperti ini," kata Nila.

Dengan adanya sistem pipanisasi terintegrasi, Nila yakin masyarakat dapat beralih untuk tak menggunakan air tanah. Hal senada disampaikan ahli dari lembaga penelitian asal Belanda Deltares, Peter Letitre.

Menurut Peter, suplai air dari pipa harus dilakukan secara bertahap untuk bisa menghentikan abstraksi air tanah lewat penggalian sumur. Peter memprediksi distribusi suplai air pipa ini dapat mulai dilakukan pada 2024/2025.

"Ini berarti reduksi penurunan muka tanah akan bisa memungkinkan dalam beberapa tahun setelahnya dan berpotensi berhenti dalam 15 tahun," kata Peter.

(Baca: Selain Astra, Kini Salim 'Menguasai' Bisnis Air Bersih di Jakarta)

Pemerintah sendiri telah bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk mengadaptasi sistem Jepang mengatasi penurunan muka tanah. Kerja sama dengan JICA dilakukan lantaran Jepang berpengalaman dalam mengatasi penurunan muka tanah di Tokyo.

Penurunan tanah di Tokyo pernah terjadi pada medio 1920-an dan baru dapat dihentikan pada 1970. Ketika itu, Jepang menerapkan aturan mengenai pengamanan sumber air alternatif bagi industri serta pelarangan penyedotan air tanah.

Tak hanya itu, Jepang juga menggunakan teknologi pipanisasi yang mampu menyalurkan air baku sehingga penggalian sumur air tanah dapat dihentikan. Atas tindakan tersebut, permukaan tanah Jepang kini sudah naik mendekati nol dari sebelumnya turun lebih dari empat meter.

Ahli dari JICA Naoto Mizuno mengatakan, rencana tersebut saat ini sedang dikaji masih dikaji. "Dalam tiga tahun kami akan membuat rencana aksi untuk bisa menerapkan sistem ini," kata Naoto.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...