Penusuk Polisi Diduga Simpatisan ISIS, Kerap Terpapar Konten Radikal
Setelah meninggalkan rumah kakaknya, Mulyadi mengunjungi teman SMA bernama Angga pada 25 Juni sore. "Selama berada di rumah kos, Mulyadi memperlihatkan video tentang ISIS dan jihad," kata Rikwanto.
Mulyadi tinggal di rumah kos Angga selama dua hari dan kemudian pamit, mengatakan hendak bertemu dengan seorang teman dari Padang Panjang pada 26 Juni.
Dari rumah Angga, Mulyadi bertandang ke rumah Zulkifli di kawasan Bogor yang dikenalnya sejak 2014. Kepada polisi, Zulkifli mengatakan melihat keanehan perilaku Mulyadi sejak akhir 2016.
"Mulyadi kerap memperlihatkan materi mengenai ISIS, jihad, hijrah ke Filipina Selatan dengan tujuan untuk syahid, dari beragam website maupun grup messenger radikal," kata Rikwanto. Selama tinggal bersama Zulkifli selama empat hari, Mulyadi pun lebih banyak bermain HP dan berselancar di dunia maya.
(Baca: Wiranto Minta Dana Rp 6 Miliar Hadapi Ormas Anti-Pancasila)
Pada Jumat pekan lalu, Mulyadi usai salat Isya di Masjid Falatehan, tiba-tiba berteriak "thogut" dan "kafir" sembari mengeluarkan pisau. Mulyadi kemudian menusuk dua Brimob yang berdiri dekat dengannya. Polisi yang berada di sekitar masjid sempat meminta Mulyadi menghentikan aksinya, namun dia melarikan diri dan hendak kembali menyerang. Polisi pun menembak Mulyadi hingga tewas.
Dua anggota brimob yang menjadi korban yakni Ajun Komisaris Dede Suhatmi dan Brigadir Kepala Syaiful Bakhtiar kini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Polri Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur. Kini keduanya mulai berangsur pulih.