Pertamina Waspadai Penurunan Keekonomian Proyek Tiung Biru
PT Pertamina EP Cepu (PEPC) tak ingin pengembangan lapangan gas Jambaran Tiung Biru di Blok Cepu mundur dari target. Alasannya, hal itu bisa berdampak terhadap penurunan nilai keekonomian lapangan tersebut.
Direktur Utama PEPC Adriansyah mengatakan, jika pelaksanaan proyek molor setahun dari target yang telah ditentukan yakni pada 2020 maka penurunan keekonomian lapangan sekitar satu sampai dua persen. Penyebabnya variabelnya seperti harga minyak dunia dan harga jual gas bumi bisa menjadi tidak relevan lagi dengan dokumen pengembangan lapangan (PoD). (Baca: Dua Faktor Pengganjal Proyek Gas Lapangan Tiung Biru)
Selain itu, jika proyek molor maka Pertamina akan kesulitan mendapatkan pengembalian biaya operasi (cost recovery) melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) karena prosesnya tidak bisa mendadak. Alhasil, arus kas perusahaan pun akan terganggu. "Kalau proyeknya molor akan sangat sensitif," kata Adriansyah di Jakarta, akhir pekan lalu.
Untuk menghindari hal itu, PEPC selaku operator lapangan Jambaran Tiung Biru bernegosiasi dengan mitranya ExxonMobil. Adriansyah mengatakan, sebenarnya ExxonMobil juga mendukung langkah Pertamina untuk mempercepat produksi lapangan tersebut.
Namun, agar kesepakatan keduanya berjalan lancar, ada beberapa hal yang harus disepakati bersama, seperti perjanjian operasional, dan beberapa aturan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam negosiasi itu. "Pada dasarnya dia (ExxonMobil) setuju kalau proyek ini harus secepat mungkin dieksekusi apa pun yang terjadi," kata Adriansyah. (Baca: Tak Dapat Insentif, ExxonMobil Bahas Proyek Tiung Biru dengan Mitra)
Jika kesepakatan tidak tercapai, Pertamina EP Cepu siap membeli hak kelola ExxonMobil. Artinya, Pertamina akan mengoperasikan lapangan tersebut secara mandiri tanpa ExxonMobil. Targetnya, proses ini bisa rampung akhir Maret mendatang.
Di sisi lain, PEPC menargetkan proses penandatanganan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) lapangan tersebut bisa tercapai kuartal pertama tahun ini. Seluruh produksi gas dari proyek ini akan diserap oleh induk usaha PEPC, yakni Pertamina. Apalagi realokasi gas dari Lapangan Tiung Biru dari PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC) kepada Pertamina sudah disetujui Menteri ESDM. (Baca: ExxonMobil Minta Alokasi Gas Tiung Biru Seluruhnya untuk Pertamina)
Sebagai informasi, fasilitas pengolahan gas Tiung Biru akan dibangun dengan kapasitas 330 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Namun, karena gas dari lapangan tersebut banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebesar 35 persen, maka gas yang bisa dijual hanya 172 mmscfd.