Mengapa Laki-laki Lebih Rentan Tertular Virus Corona?

Pingit Aria
28 April 2020, 17:41
Brendan McDermid Petugas medis instalasi gawat daruat membawa pasien keluar dari ambulans di NYU Langone Hospital-Brooklyn, saat penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Brooklyn, New York, Amerika Serikat, Jumat (24/4/2020).
ANTARA FOTO/REUTERS/Brendan McDermid/hp/cf
Brendan McDermid Petugas medis instalasi gawat daruat membawa pasien keluar dari ambulans di NYU Langone Hospital-Brooklyn, saat penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Brooklyn, New York, Amerika Serikat, Jumat (24/4/2020).

Menurut hipotesis yang sementara disepakati oleh para ilmuwan, imunitas perempuan dibangun oleh dua kromosom X yang dibawa oleh hormon estrogen di dalam tubuhnya. Sedangkan hormon testosteron pada laki-laki hanya membawa satu kromosom X.

Ahli mikrobiologi di University of Lowa, Stanley Perlman, dalam eksperimennya, pernah menyuntikan Covid-19 kepada tikus jantan dan betina. Hasilnya, tikus jantan memiliki repons imunitas yang lebih lemah terhadap virus corona ketimbang betina. Tikus jantan juga didapati memiliki lebih banyak kerusakan pada paru-parunya.

Ketika Perlman mencoba memblokir kinerja homorn estrogen tikus betina dengan cara mengangkat organ indung telurnya, tikus tersebut juga menjadi lebih mudah mati. Ini menunjukan bahwa hormon estrogen berperan penting dalam pembentukan imunitas perempuan. “Ini bisa menjadi model tentang apa yang terjadi pada manusia,” katanya.

(Baca: Kemenperin Sebut 60% Industri Terpukul Pandemi Corona)

2. Perilaku Kesehatan Laki-laki yang Buruk

Faktor kedua adalah kebiasaan. Dalam opininya yang diterbitkan di The Guardian pada Selasa (7/4) lalu, penulis sains dari jurnal Nature, Phillip Ball menjelaskan laki-laki cenderung memiliki kebiasaan yang merusak kesehatan, terutama merokok.

Kondisi ini menurutnya juga dibangun budaya pemasaran rokok yang menyasar laki-laki, dengan stereotip bahwa laki-laki perokok adalah sosok mandiri dan tangguh. “Saat ini, di Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya, merokok tidak hanya dilihat sebagai sebagai maskulin, tetapi juga sebagai aspek yang hampir esensial dari hubungan bisnis,” katanya.

Sebelumnya, penelitian The New England Journal of Medicine pada 1.099 pasien virus corona di Tiongkok pada 29 Januari 2020, menemukan bahwa 12,6% pasien di antaranya merupakan perokok. 25,8% dari total pasien perokok tersebut berujung pada perawatan intensif yang melibatkan ventilator, hingga mengalami kematian.

Di samping itu, Sara Kayat dari Layanan Kesehatan di Inggris menulis, perokok lebih rentan tertular virus corona karena kebiasaannya meletakan tangan di mulut, serta tidak jarang melinting rokok dengan tangan yang tidak dicuci atau terkontaminasi virus.

Kebiasaan tersebut dapat memicu pemularan virus corona dari tangan ke mulut. “Beberapa produk rokok seperti pipa air dapat memungkinkan berbagi corong atau selang, yang juga dapat memfasilitasi transmisi Covid-19,” demikian dikutip dari Al Jazeera, Rabu (22/4).

(Baca: PSBB Efektif, Pakar Prediksi Corona di Jakarta Mereda Jelang Lebaran)

Sara juga mengatakan, tingkat kematian pasien Covid-19 yang merokok juga lebih tinggi. Perokok biasanya didapati mengalami komplikasi yang lebih buruk pada organ paru-paru ketimbang yang bukan perokok. “Karena kesehatan pernafasan dasar mereka sudah cenderung buruk,” katanya.

Selain itu, asap rokok juga membahayakan kekebalan tubuh, sehingga membuat perokok lebih rentan terhadap virus corona. “(Asap rokok) menyebabkan aktivasi dan perekrutan sel-sel inflamasi ke dalam paru-paru, yang mengarah pada pelepasan bahan kimia lain, yang selanjutnya merusak fungsi sel-sel kekebalan.”

Reporter: Nobertus Mario Baskoro

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...