Efektivitas Vaksinasi Covid-19 Demi Indonesia 2045

Dini Hariyanti
Oleh Dini Hariyanti - Tim Publikasi Katadata
30 Maret 2021, 19:16
Ilustrasi Vaksin Covid-19
AstraZeneca

Kedua, pemerintah harus mensubsidi kebutuhan para pekerja mulai dari kebutuhan sehari-hari, kesehatan, transportasi, dan lainnya untuk meningkatkan pendapatan riil mereka.Yang ketiga, memastikan investasi infrastruktur untuk mendorong sektor manufaktur berorientasi ekspor dan juga pariwisata.

“Kami merekomendasikan 15% dari dana investasi infrastruktur digunakan untuk pembangunan di tempat-tempat wisata,” ujarnya. 

Keempat, meningkatkan pendapatan pemerintah secara substansial untuk membiayai perubahan kebijakan lainnya. “Kami merekomendasikan program jaminan kerja untuk mempekerjakan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur lokal,” kata Gustav. 

Serta terakhir, perubahan di semua pendidikan menengah dan pengembangan selektif di tingkat universitas agar perubahan yang dilakukan dapat berhasil. Dalam hal ini dibutuhkan peran serta berbagai institusi untuk melahirkan SDM yang berkualias demi industri yang kompetitif.

Dalam pemaparannya ia mengatakan bahwa di Indonesia ada 20 juta pekerja yang termasuk ke dalam “surplus workers” yang tenaga kerjanya tidak ada permintaan sehingga meningkatkan jumlah masyarakat perekonomiannya tertinggal. 

Menurutnya ada dua kelompok pekerja di Indonesia yang mendapatkan pekerjaan karena adanya kebutuhan akan pekerja, yaitu pekerjaan di sektor formal seperti konstruksi, manufaktur, transportasi dan komunikasi. 

“Namun jumlah lapangan pekerjaan di sektor tersebut tidak cukup untuk mempekerjakan seluruh angkatan kerja atau labor force yang ada,” kata Gustav. “Pada 2020 ada dua juta orang yang bergabung dengan angkatan kerja namun jumlah pekerjaan yang ada hanya sekitar satu juta.”

Sebelum mencapai cita-cita Indonesia pada 2045, agaknya perlu fokus membenahi kondisi terkini negeri ini. Pasalnya, pemerintah dan masyarakat kini terus berjibaku dengan pandemi Covid-19. Menteri Keuangan 2013 – 2014 Chatib Basri menekankan bahwa pada dasarnya tidak ada satu pun negara yang seketika siap menghadapi pandemi. 

“Kita juga perlu tekankan, recovery path kita tidak buruk untuk Indonesia. Tentang vaksinasi pun, kita bukan yang terbaik tetapi juga bukan yang terburuk. Apalagi, negeri ini memiliki geografis yang tidak mudah dalam distribusi dan logistik. Untuk improve kondisi pandemi ini, pertama yang harus dipacu adalah daya beli,” ucap Chatib. 

Lebih jauh, Presiden Rajawali Foundation Jonathan Pincus mengutarakan bahwa terkait daya beli, yang perlu diperhatikan bukan hanya soal berapa banyak yang bisa dibelanjakan. Tapi, imbuhnya, juga soal bagaimana membelanjakannya.

“(Menggerakkan daya beli) melalui bansos misalnya, sehingga ini tentang bagaimana menyalurkan bansos secara tepat sasaran kepada masyarakat yang paling membutuhkan. Sebab, mereka kehilangan pekerjaan selama pandemi ini, misalnya,” tutur Jonathan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...