AS Setujui Penggunaan Kombinasi Vaksin Booster Covid-19

Rizky Alika
22 Oktober 2021, 14:43
vaksin, covid-19, amerika serikat
ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/hp/cf
Dado Ruvic/Illustration Botol kecil dengan label vaksin penyakit virus korona (COVID-19) Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, dan Moderna terlihat dalam foto ilustrasi yang diambil Jumat (19/3/2021).

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (US CDC) merekomendasikan vaksin Covid-19 booster bagi penerima suntikan Moderna Inc dan Johnson & Johnson. Otoritas tersebut mengatakan, masyarakat Amerika bisa memilih jenis vaksin yang berbeda dari sebelumnya.

Direktur CDC Rochelle Walensky telah menandatangani rekomendasi pada Kamis (21/10). Hal ini untuk menyelaraskan pengesahan vaksin Covid-19 booster pada pada Rabu (20/10).

"Vaksin yang disahkan di Amerika Serikat semuanya sangat efektif dalam mengurangi risiko penyakit parah, rawat inap, dan kematian, bahkan di tengah varian Delta yang beredar luas," kata Walensky seperti dikutip dari Reuters pada Jumat (22/10).

Rekomendasi tersebut juga membuka pintu bagi penerima vaksin Johnson & Johnson sekali pakai untuk mendapatkan suntikan booster vaksin Pfizer atau Moderna. Dalam berbagai peenlitian, pemberian dosis tambahan terbukti memberikan perlindungan yang lebih besar.

Hal ini diperlukan untuk menjaga kekebalan tetap tinggi di tengah penyebaran varian Delta. Selain itu, varian ini bisa menular pada seseorang yang telah divaksinasi lengkap.

Panel penasihat CDC juga mendukung booster vaksin Covid-19 pada Kamis kemarin. Mereka juga akan membuat rekomendasi dengan bahasa yang jelas serta fleksibilitas bagi penerima vaksin.

Hal ini agar tenaga medis dan pakar kesehatan tak bingung dengan kombinasi vaksin. "Aspek yang sangat penting dari semua ini adalah jelas dan tidak semakin membingungkan orang Amerika," kata Dr. Beth Bell, anggota panel dan profesor klinis di departemen kesehatan global, University of Washington Seattle.

CDC juga merekomendasikan vaksin booster untuk penerima vaksin Johnson & Johnson dosis tunggal yang berusia 18 tahun ke atas. Sedangkan, penerima vaksin Moderna dua dosis pada enam bulan sebelumnya direkomendasikan utuk mendapatkan suntikan ketiga.

Suntikan tersebut diperlukan untuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas serta individu yang berisiko sakit parah dan berisiko tinggi terpapar virus melalui pekerjaan mereka.

Meski demikian suara ahli juga menyampaikan risiko dari bosster kombinasi vaksin. Meski merekomendasikan booster, Ahli penyakit menular di Universitas Vanderbilt Helen Talbot mengingatkan potensi komplikasi lantaran ada perbedaan jumlah dosis vaksin.

Menurutnya, vaksin Moderna dosis booster akan menjadi 50 mikrogram, setengah dari suntikan aslinya. "Jadi mereka yang tidak berisiko tinggi harus benar-benar memikirkan vaksin dengan dosis yang lebih tinggi," ujar dia.

Profesor komunikasi risiko di University of Georgia sekaligus mantan Direktur Komunikasi program imunisasi CDC, Glen Nowak mengatakan pemberian booster dengan jenis berbeda bisa menjadi masalah. Hal ini lantaran adanya fleksibilitas yang memungkinkan orang memilih vaksin dengan jenis berbeda.

"Frasa 'mix and match' itu memberi orang kebebasan untuk melakukan hampir semua hal. Saya pikir itu akan menjadi masalah," ujar dia.

Reporter: Rizky Alika

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...