Pesawat Amphibi N219 Buatan PTDI Siap Terbang Tahun 2023
Selain itu, amphiport (airport untuk pesawat amphibi) dapat dibangun dengan lebih mudah dan murah dibandingkan dengan airport pada umumnya.
“Pesawat ini mampu dimanfaatkan untuk berbagai sektor, seperti layanan pariwisata, layanan perjalanan dinas pemerintahan, oil and gas company, layanan kesehatan masyarakat, SAR dan penanggulangan bencana, dan pengawasan wilayah Maritim,” kata Batara.
Potensi pasar terbesar pesawat Amphibi N219 berada di bidang pariwisata. Pesawat tersebut juga mampu mengakomodir Pulau-Pulau 3T (Terluar, Tertinggal, Terdepan) yang tersebar di Indonesia.
Potensi pasar yang besar juga terlihat khususnya di Asia Pasifik. Kini, ada 150 unit pesawat aktif dan 45% dari total populasi tersebut telah memasuki masa aging.
Kendati menjanjikan, pengembangan pesawat Amphibi N219 bukan tanpa masalah. Permasalahan utama yang dihadapi ini adalah dalam hal penganggaran.
Dalam perencanaan pengembangan sampai tahun 2024, anggaran tersebut dialokasikan melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Dengan adanya perubahan organisasi, LAPAN dan BPPT masuk kedalam organisasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dikhawatirkan akan mempengaruhi perencanaan pengembangan yang sudah ditetapkan.
Selain anggaran, permasalahan lain seperti tingkat korosif yang tinggi karena mendarat di laut.
Kemenko Marves meminta PTDI menginventarisasikan berbagai problematika yang ada,
“Kami harap nantinya ada pertemuan lanjut antara PT. DI dan berbagai pihak, baik dengan BRIN, Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN,” ungkap Firdausi Manti, Asisten Deputi Industri Maritim dan Transportasi.