RI Berpotensi Alami Gelombang Covid-19 seperti Eropa di Kuartal I 2022
Indonesia berpotensi mengalami gelombang Covid-19 ketiga seperti halnya Eropa bila kurang memitigasi penyebaran virus asal Wuhan tersebut. Ledakan kasus Covid-19 yang terjadi di Eropa saat ini berpotensi terjadi di Indonesia pada kuartal pertama atau Januari dan Februari 2022.
Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan Asia sebetulnya masih belum memasuki masa lonjakan Covid-19 seperti Eropa. Dia menyebutkan secara tren gelombang Covid-19 dialami Eropa lebih dulu, kemudian Asia dan Amerika.
"Mungkin Indonesia bisa Februari akhir baru terasa dampaknya seperti apa yang terjadi di Eropa. Kuartal pertama tahun depan jadi masa yang rawan bagi Indonesia," kata Dicky dalam diskusi "Menangkal Gelombang Ketiga Covid-19 di Indonesia" yang diselenggarakan Media Indonesia di Jakarta, Senin (23/11) dikutip dari Antara.
Dicky menjelaskan ledakan kasus Covid-19 di Eropa terjadi serentak hampir di seluruh negara karena kawasan Benua Biru tersebut merupakan daratan luas. Sedangkan benua Asia sebagian besar merupakan negara kepulauan.
Ledakan di Eropa perlu menjadi pelajaran bagi Indonesia agar tidak terlalu percaya diri dengan landainya kasus Covid-19. Negara-negara di Eropa dengan sistem kesehatan yang sangat baik dan cakupan vaksinasi yang tinggi pun masih mengalami ledakan kasus, seperti Denmark dan Norwegia.
Sebelum terjadi ledakan, negara-negara di Eropa sangat percaya diri dengan melandainya Covid-19 kemudian mencabut kebijakan penggunaan masker di tempat publik dan pelonggaran kebijakan menjaga jarak fisik.
Ledakan Covid-19 di Eropa disebabkan oleh virus varian Delta, tapi peneliti belum mengetahui jumlah varian virus Delta yang menyebabkan lonjakan kasus tersebut.
Sejumlah peneliti mengira lonjakan kasus tersebut disebabkan oleh varian virus baru yang lebih cepat menyebar dan bahkan bisa menurunkan efikasi dari vaksin yang sudah banyak mencakup masyarakat Eropa.
Vaksin Booster dan Anak-anak pada 2022
Kementerian Kesehatan menyiapkan vaksin Covid-19 dosis ketiga atau booster dalam menghadapi pandemi pada 2022. Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxin Rein Rondonuw mengatakan vaksin booster sudah masuk dalam program Kemenkes dengan target sasaran yang sementara telah disetujui untuk vaksin booster adalah penerima bantuan iuran (PBI).
Nantinya Kemenkes akan berkoordinasi dengan Kementerian Sosial untuk melakukan verifikasi dengan sumber data yang diambil dari BPJS Kesehatan.
"Itu (booster) merupakan gratis jadi bantuan vaksinasi," ujar Vaksin dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi III DPR pada Senin (22/11).
Selain itu, pemerintah juga menyiapkan vaksinasi untuk usia 6 sampai dengan 12 tahun dengan biaya vaksin tetap akan ditanggung oleh pemerintah. Target sasaran untuk rentang usia tersebut dikatakan sejumlah 26,4 juta orang atau 58,7 juta dosis.
Plt. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Arianti Anaya mengatakan saat ini Kemenkes sudah meminta Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) bersama Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) untuk melakukan uji klinis terkait vaksin booster.
Hal ini lantaran jenis vaksin yang beredar di Indonesia berbeda-beda jenisnya sehingga perlu dilakukan uji klinis jika diberikan vaksin yang berbeda dalam satu orang. Seperti penerima vaksin jenis Sinovac kemudian mendapat booster jenis AstraZeneca.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan