Sejarah Letusan Gunung Krakatau hingga Kemunculan Anak Krakatau

Siti Nur Aeni
2 Februari 2022, 13:29
Sejarah Letusan Gunung Krakatau hingga Kemunculan Anak Krakatau
ANTARA FOTO/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat
Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau, di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 17.22 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.500 meter di atas puncak (sekitar 1.838 meter di atas permukaan laut).

Di Indonesia, wilayah yang paling terdampak yaitu Banten dan Lampung. Banten merupakan yang cukup ramai sebab menjadi kota pelabuhan yang besar dan penting di Asia Tenggara. Banten juga merupakan wilayah yang subur.

Sementara itu Lampung merupakan daerah perkebunan dengan berbagai komoditas penting tumbuh di sana. Produk perkebunan yang paling populer dari daerah tersebut yaitu lada.

Selama beberapa abad, masyarakat Banten dan Lampung sudah bersahabat dengan Gunung Krakatau. Adanya letusan pada tahun 1883 membuat ekologi dan kehidupan makhluk hidup di wilayah tersebut hancur.

Pertumbuhan Gunung Anak Krakatau

Dalam Jurnal Geologi Indonesia 1(3), diterangkan bahwa setelah mengalami letusan dahsyat pada pertengahan tahun 1883, Gunung Krakatau mengalami masa istirahat selama beberapa tahun. Tanggal 29 Desember 1927, Gunung Krakatau mengalami letusan bawah laut.

Letusan tersebut mengakibatkan air tersembut di pusat Kompleks Gunung Api Krakatau dan menyerupai air mancur. Letusan bawah laut itu terjadi terus menerus sampai 15 Januari 1929.

Seorang ahli gunung api menyatakan bahwa terdapat tumpukan material di samping tiang asap yang membentuk pulau kecil. Fenomena tersebut kemudian dikenal dengan kelahiran anak Krakatau.

Pertumbuhan Gunung Anak Krakatau terletak di pusat Kawasan Krakatau. Anak gunung tersebut tumbuh dari kedalaman 180 meter di bawah laut dan muncul kepermukaan pada tahun 1929. Pertumbuhan gunung tersebut cukup cepat dan beberapa kali mengalami letusan.

Pada tahun 200, dilakukan pengukuran dimensi Gunung Anak Krakatau. Pada saat itu, diketahui bahwa tinggi gunung tersebut sudah mencapai 315 meter di atas permukaan laut dengan volume 5,51 km3. Secara umum pertumbuhan anak Krakatau rata-rata empat meter setiap tahunnya.

Masih mengutip dari sumber yang sama, dijelaskan bahwa jika melihat cepatnya pertumbuhan Gunung Anak Krakatau, maka tidak menutup kemungkin akan terjadi letusan di suatu hari yang menyerupai letusan Gunung Krakatau 1883. Apabila hal tersebut terjadi, maka daerah yang paling terdampak yaitu kawasan Selat Sunda.

Letusan anak Krakatau diprediksi bisa mengakibatkan bencana untuk penduduk di sekitar Selat Sunda atau bagi pelayaran yang melewati selat tersebut. Abu yang dihasilkan dari letusan tersebut juga dapat menyebabkan kerusakan pada mesin jet.

Itulah sejarah letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 dan awal mula kemunculan anak Krakatau yang perlu kita ketahui.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...