Contoh Puisi Pahlawan Karya Penyair Indonesia

Image title
16 Maret 2022, 14:06
Ilustrasi, penyair Sosiawan Leak membawakan puisi berjudul "Arek-Arek Bonek Surabaya Sang Garda Negara". Ada banyak contoh puisi pahlawan yang bisa menjadi bahan inspirasi bagi pemuda dan anak-anak untuk membakitkan semangan nasionalisme melalui karya sas
ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/aww.
Ilustrasi, penyair Sosiawan Leak membawakan puisi berjudul "Arek-Arek Bonek Surabaya Sang Garda Negara". Ada banyak contoh puisi pahlawan yang bisa menjadi bahan inspirasi bagi pemuda dan anak-anak untuk membakitkan semangan nasionalisme melalui karya sastra.

Kerna api menyala di kota Ambarawa

Orang tua itu kembali berkata:

“Lihatlah, hari telah fajar!

Wahai bumi yang indah,

Kita akan berpelukan buat selama-lamanya!

Nanti sekali waktu

Seorang cucuku

Akan menancapkan bajak

Di bumi tempatku berkubur

Kemudian akan ditanamnya benih

Dan tumbuh dengan subur

Maka ia pun berkata:

“Alangkah gemburnya tanah di sini!”

Hari pun lengkap malam

Ketika menutup matanya

***

"Sebuah Jaket Berlumur Darah"

Oleh: Taufiq Ismail

Sebuah jaket berlumur darah

Kami semua telah menatapmu

Telah pergi duka yang agung

Dalam kepedihan bertahun-tahun.

Sebuah sungai membatasi kita

Di bawah terik matahari Jakarta

Antara kebebasan dan penindasan

Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang

Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’

Berikrar setia kepada tirani

Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu

Kami semua telah menatapmu

Dan di atas bangunan-bangunan

Menunduk bendera setengah tiang.

Pesan itu telah sampai kemana-mana

Melalui kendaraan yang melintas

Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan

Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa

Prosesi jenazah ke pemakaman

Mereka berkata

Semuanya berkata

Lanjutkan Perjuangan!

***

"Karawang Bekasi"

Karya: Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi

Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami

Terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu

Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan,

Atau tidak untuk apa-apa

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami

Teruskan, teruskan jiwa kami

Menjaga Bung Karno

Menjaga Bung Hatta

Menjaga Bung Syahrir

Kami sekarang mayat

Berikan kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami

Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

***

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...