Mengenal 6 Jenderal yang Terbunuh dalam Peristiwa G30S

Tifani
Oleh Tifani
29 September 2022, 17:51
6 Jenderal yang Terbunuh
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa.
Muralis menggambar wajah Pahlawan Revolusi yang gugur pada peristiwa G30S PKI di Cimindi, Cimahi, Jawa Barat, Selasa (27/9/2022). Mural yang digambar oleh muralis dari komunitas Seniman Kreatif Cimindi tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat khususnya anak-anak untuk mengenal Pahlawan Revolusi yang gugur pada peristiwa G30S PKI.

Salah satu jenderal yang terbunuh dalam peristiwa G30S/PKI ini juga pernah menjadi atase militer Indonesia di Belanda lantaran kemampuannya berunding dan memahami beberapa bahasa asing seperti bahasa Jerman, Belanda, dan Inggris. Setelah kembali ke Indonesia, MT Haryono diangkat menjadi Asisten atau Deputi III Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani bagian pembinaan dan perencanaan

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, ia diculik dan dibunuh. Jasadnya ditemukan di Lubang Buaya dan kemudian dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta.

4. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo

Salah satu jenderal yang terbunuh dalam peristiwa G30S/PKI berikutnya adalah Mayor Jenderal TNI Sutoyo Siswomiharjo. Sutoyo Siswomiharjo lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada 28 Agustus 1922.

Sutoyo Siswomiharjo pernah menempuh pendidikan di Sekolah Pendidikan Pegawai Negeri di Jakarta. Kemudian, Sutoyo Siswomiharjo bekerja menjadi pegawai pemerintah di Purworejo namun berhenti pada 1944.

Salah satu nama jenderal yang terbunuh dalam peristiwa G30S/PKI kemudian bergabung dengan TKR. Ia menjadi ajudan Jenderal Gatot Subroto yang saat itu menjabat sebagai komandan polisi militer. Kemudian, pada 1954 ia menjabat menjadi kepala staf Markas Besar Polisi Militer.

Pada 1960, Sutoyo ditugaskan menjadi Inspektur Kehakiman Angkatan Darat. Lalu, naik pangkat sebagai Inspektur Kehakiman atau Jaksa Militer Utama dengan pangkat yaitu Brigadir Jenderal TNI.

5. Mayor Jenderal Siswondo Parman

Mayor Jenderal Siwondo Parman atau dikenal sebagai S. Parman adalah salah satu nama jenderal yang terbunuh dalam peristiwa G30S/PKI. S. Parman lahir di Wonosobo, 14 Agustus 1918.

S. Parman juga sempat masuk ke sekolah kedokteran, namun berhenti setelah Jepang menjajah Indonesia. Dimasa kekuasaan Jepang, Parman bekerja sebagai polisi militer yang disebut Kempetai.

Tak lama setelah itu, S. Parman dikirim ke Jepang untuk mengikuti pelatihan intelijen. Pada 1945, karier militer S. Parman di TNI dimulai saat beliau bergabung di TKR atau Tentara Keamanan Rakyat. Lalu, ia diangkat menjadi kepala staf polisi militer yang berada di Yogyakarta.

Beberapa tahun kemudian, S. Parman naik jabatan menjadi kepala staf Gubernur militer di Jabodetabek yang berpangkat Mayor. Prestasi S. Parman yakni berhasil menggagalkan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil atau APRA yang dipimpin langsung oleh Raymond Westerling.

Hal itu membuat salah satu jenderal yang terbunuh dalam peristiwa G30S/PKI ini dikirim untuk sekolah polisi militer di Amerika. S. Parman juga pernah menjadi atase di militer Indonesia yang ada di Inggris dan memegang jabatan di Departemen Pertahanan Indonesia.

Kemudian, S. Parman kembali ke Indonesia menjadi asisten intelijen bagi KSAD Jenderal Ahmad Yani. Pada 30 September 1965, S. Parman diculik oleh pasukan Cakrabirawa di kediamannya.

6. Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan

Salah satu nama jenderal yang terbunuh dalam peristiwa G30S/PKI adalah Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan atau D.I. Pandjaitan. D.I. Pandjaitan lahir di Balige, Sumatera Utara pada 9 Juni 1925.

D.I. Pandjaitan menjadi anggota Gyugun atau bisa disebut sebagai tentara sukarela di wilayah Pekanbaru, Riau setelah tamat SMA. Pada 1945, D.I. Pandjaitan mulai bergabung di dalam Tentara Keamanan Rakyat atau TKR yang baru saja dibentuk.

D.I. Pandjaitan pernah menjabat sebagai komandan batalyon TKR. Kemudian, D.I. Pandjaitan ditugaskan menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada tahun 1948.

Lalu, beralih menjadi Kepala Staf Umum IV di Komandemen Tentara Sumatera. Serta menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia saat terjadi Agresi Militer Belanda yang ke I dan II.

Pada 1963, D.I. Pandjaitan dikirim ke Amerika Serikat guna mengikuti kursus militer di Associated Command and General Staff College di wilayah Fort Leavenworth. D.I. Pandjaitan juga sempat ditugaskan menjadi atase militer Indonesia di wilayah Bonn pada tahun 1960.

D.I. Pandjaitan diangkat sebagai Asisten IV Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal AH Nasution di bagian logistik. Kemudian, pada 1 Oktober 1965 dini hari, Pandjaitan diculik oleh pasukan Cakrabirawa dan menjadi salah satu jenderal yang terbunuh dalam peristiwa G30S/PKI. Hingga sekarang, Pandjaitan telah dikenal sebagai pahlawan revolusi.

Halaman:
Editor: Intan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...