Jokowi Sebut Tujuh Sosok Potensial Cawapres Ganjar, Ini Profilnya
Ganjar Pranowo telah resmi menjadi calon presiden usungan PDI Perjuangan. Sejauh ini, belum ada kepastian siapa calon wakil presiden yang akan mendampingi Gubernur Jawa Tengah ini. Namun, Presiden Jokowi menyebut tujuh nama yang berpotensi mendampingi Ganjar.
“Banyak (yang cocok). Ada Pak Erick, Pak Sandiaga Uno, Pak Mahfud, Pak Ridwan Kamil, Cak Imin, dan Pak Airlangga," kata Jokowi usai salat Idul Fitri 1444 Hijriah di Masjid Sheikh Zayed Solo, Sabtu (22/4).
Jokowi bahkan tidak menampik kemungkinan Ganjar dipasangkan dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Bahkan, spekulasi ini sempat ramai pada bulan lalu. Survei Charta Politika menunjukkan bila Ganjar dipasangkan dengan Prabowo, bisa peroleh elektabilitas tertinggi, dibanding bila Ganjar dipasangkan dengan tokoh lain. Berikut paprannya:
Kira-kira bagaimana sepak terjang tujuh tokoh ini, sehingga bisa disebut cawapres potensial versi Presiden Jokowi?
1. Prabowo Subianto
Nama ketua umum Partai Gerindra ini sudah santer di telinga masyarakat Indonesia sebagai calon presiden yang gigih. Tercatat sudah tiga kali ia maju di kontestasi Pemilihan Umum Tanah Air, pada 2009 hingga 2019, namun belum pernah menang.
Ia memulai pertarungan politiknya di Pemilu sebagai wakil presiden ketua umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Sayangnya di Pemilu 2004, pasangan tersebut kalah dari SBY-JK.
Nama Prabowo muncul di Pemilu 2009, namun kali ini sebagai calon presiden dengan wakilnya Hatta Rajasa. Prabowo-Hatta Rajasa kalah dari Jokowi-JK waktu itu.
Tak putus asa, Prabowo maju lagi sebagai calon presiden di Pemilu 2019 bersama Sandiaga Uno. Kekalahan pahit harus mereka telan, karena sempat mendeklarasikan kemenangan berdasar hitung cepat tim internal Badan Pemenangan Nasional alias BPN.
Nama Prabowo sebenarnya tidak masuk radar calon wakil presiden, sebab sudah ada koalisi yang mengusungnya sebagai calon presiden. Bersama dengan Partai Kebangkitan Bangsa, Gerindra membangun Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB.
2. Erick Thohir
Lahir pada 30 Mei 1970, Menteri BUMN ini adalah anak dari Teddy Thohir, salah satu pengusaha yang ikut membesarkan Astra International. Saudaranya, Garibaldi ‘Boy’ Thohir, dikenal sebagai pengusaha tambang batu bara di bawah bendera Adaro Energy.
Seperti ayah dan saudaranya, Erick juga adalah pebisnis. Ia adalah pendiri Mahaka Group yang fokus pada bisnis media dan entertainment. Erick juga tertarik berbisnis di bidang olahraga. Terbukti dengan histori kepemilikannya di klub sepakbola Inter Milan pada 2013, klub bola basket NBA Philadelphia 76ers, dan klub sepak bola Amerika DC United.
Di Tanah Air, namanya dikenal sebagai eks Komisaris Utama Peresib Bandung dan eks manajer Persija Jakarta. Puncaknya, ia adalah ketua Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia alias PSSI sejak Februari ini.
3. Sandiaga Uno
Lelaki berdarah Gorontalo yang lahir di Pekanbaru ini pada awalnya tidak berkarir di bidang politik. Sandi adalah pengusaha, orang di balik Saratoga Investment (SRTG) yang berdiri sejak 1998 dan memiliki kapitalisasi pasar Rp 26 triliun.
Kariernya di bidang politik baru dimulai pada 2015 dengan bergabung ke Partai Gerindra. Ia maju sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta, mendampingi kader PKS Anies Baswedan. Mereka berhasil menang pada pilgub tersebut.
Tapi Sandi tidak menyelesaikan jabatannya, karena Prabowo meminta lelaki itu mendampinginya sebagai calon wakil presiden di Pemilu 2019. Sayangnya, mereka keluar sebagai pihak yang kalah.
Akhir 2020, Presiden Jokowi melantik Sandiaga sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggantikan Wishnutama. Jabatan tersebut ia emban hingga sekarang.
4. Mahfud MD
Mahfud dikenal sebagai akademisi, tepatnya guru besar hukum tata negara dari Universitas Islam Indonesia. Pada Pemilu 2019 lalu, ia sempat dikabarkan mendampingi Jokowi sebagai wakil presiden, tapi digantikan oleh Ma’ruf Amin.
Pada kepemimpinan Gus Dur, dari 2000 hingga 2001, ia menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Menteri Kehakiman & HAM. Di era Jokowi, ia menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan keamanan sejak 2019.
5. Ridwan Kamil
Sebelum menjadi politisi, Gubernur Jawa Barat tersebut dulunya adalah seorang arsitek. Ayahnya adalah akademisi Universitas Padjajaran, Atje Misbach Muhjiddin. Lelaki yang kerap disapa Kang Emil ini memegang gelar Master of Urban Design dari Universitas California, Amerika Serikat. Ia sempat menjadi dosen tidak tetap di jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung selama 14 tahun, sebelum masuk ke politik pada 2013.
PKS dan Gerindra mengusung Kang Emil sebagai wali kota Bandung, bersama Oded Muhammad Danial. Mereka berhasil menang dan memimpin ibukota Jawa Barat hingga 2018. Emil maju ke Pilgub Jawa Barat 2018 bersama Uu Ruzhanul Ulum dan menang.
6. Muhaimin Iskandar
Dikenal dengan panggilan Cak Imin, lelaki ini sempat dikabarkan mendampingi Prabowo Subianto pada Pemilu 2024. Bagaimana tidak, ia adalah ketua umum PKB yang bersama Gerindra membangun KIB.
Ia pernah menjadi wakil ketua DPR RI dua periode, dari 1999 hingga 2009, sebelum ditunjuk sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi era Jokowi pada 2009-2014. Selanjutnya, Cak Imin pernah tercatat sebagai wakil ketua MPR RI selama setahun, dari 2018-2019
Namun di balik kariernya yang moncer di politik, ia adalah seorang anak dari keluarga Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif, Jombang. Cak Imin muda juga aktif dalam berbagai kajian dan pergerakan mahasiswa Islam.
7. Airlangga Hartarto
Orang terakhir dalam daftar tokoh yang disebut-sebut dapat mendampingi Ganjar, adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian periode 2019-2024. Ia adalah anak Hartarto Sastrosoenarto, menteri industri di era Soeharto.
Sama seperti Sandiaga, Airlangga mulanya berkarier sebagai pengusaha. Ia adalah pemilik PT Graha Curah Niaga, perusahaan bidang distribusi pupuk. Kariernya melesat hingga mencapai level komisaris di PT Sorini Corporation, Tbk.
Ia masuk ke ranah politik pada 1998 dengan Partai Golkar. Delapan tahun berselang, ia duduk di Senayan sebagai anggota DPR, dari 2006 hingga 2009. Ia menaiki tangga-tangga politik hingga terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar pada 2017.
Meneruskan jejak ayahnya, ia menjadi Menteri Perindustrian dari 2016 dan naik menjadi Menteri Koordinator bidang Perekonomian pada 2019.