PPP Klaim Kantongi Bukti Manipulasi Suara PSI, Jadi Amunisi Hak Angket

Ade Rosman
4 Maret 2024, 15:25
PPP
ANTARA FOTO/ Fakhri Hermaansyah/foc.
Ketua Majelis Pertimbangan DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Dewan Pakar TPN Ganjar-Mahfud, Romahurmuziy menjawab pertanyaan saat wawancara khusus dengan Lembaga Kantor Berita Nasional Antara di Jakarta Timur, Selasa (16/1/2024).
Button AI Summarize

Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy alias Rommy mengatakan partainya telah mengantongi sejumlah bukti terkait dugaan penggelembungan suara untuk Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Menurut Rommy penggelembungan itu terjadi tidak di tingkat tempat pemungutan suara atau TPS. 

“Diduga mulai di pleno tingkat kecamatan. Tangkapan layar form C1 di berbagai media sosial membandingkan antara Sirekap vs form C1,” kata Rommy dalam keterangannya, dikutip Senin (4/3).

Rommy mengatakan, dugaan kecurangan PSI dilakukan sebelum dan setelah pencoblosan. Sebelum pencoblosan, dirinya mendengar adanya operasi pemenangan PSI yang dilakukan oleh aparat. Operasi tersebut, memberikan target pada penyelenggara Pemilu daerah agar partai yang diketuai oleh putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep tersebut mendapat 50 ribu suara di tiap kabupaten/kota di luar Jawa.

Ia menyebut, operasi tersebut dilakukan dengan menggunakan dan membiayai jejaring organisasi masyarakat (ormas) kepemudaan tertentu yang pernah dipimpin salah seorang Menteri untuk memobilisasi suara PSI. Ia mengklaim mendengar hal tersebut dari salah satu aktivis yang disuntik pembiayaan oleh aparat sebelum Pemilu.

Meski begitu, ia mengatakan rencana pertama itu tidak mulus sehingga perolehan PSI berdasarkan quick count jauh di bawah ambang batas parlemen 4%. Setelah itu ia mengaku mendengar skenario kedua untuk meloloskan PSI. 

“Memindahkan suara partai yang jauh lebih kecil yang jauh dari lolos PT (parliamentary threshold) kepada coblos gambar partai tersebut dan/atau; 2. Memindahkan suara tidak sah menjadi coblos gambar partai tersebut,” kata Rommy.

Rommy menyebut, dirinya memperhatikan pandangan dari sejumlah analis yang berasal dari lembaga survei dan pengawal pemilu seperti Burhanuddin Muhtadi dan Yunarto Wijaya. Para praktisi itu menurut Rommy juga menyoroti adanya kenaikan tajam suara PSI.

“Bahkan ada yang input Sirekapnya dari 110 TPS menyumbangkan sekitar 19 ribu suara, yang berarti 173 suara per TPS. Sampai-sampai hal ini trending di Twitter land sebagai "Partai Salah Input",”kata Rommy.

Ia mengatakan, jika diasumsikan partisipasi pemilih sama dengan Pemilu 2019, maka lonjakan suara yang diterima PSI tidak masuk akal. Ia menilai penggelembungan suara PSI diduga terjadi begitu terstruktur, sistematis, dan massif (TSM). 

Halaman:
Reporter: Ade Rosman
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...