Top News: Utang Sritex ke Perusahaan Keluarga Pemilik dan Isu Superbank IPO

Aryo Widhy Wicaksono
15 Januari 2025, 06:07
Buruh mengendarai sepeda keluar dari pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (24/10/2024).
ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/tom.
Buruh mengendarai sepeda keluar dari pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (24/10/2024).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) memiliki total utang sebesar Rp 32,6 triliun. Di antara jumlah tersebut, terdapat Rp 1,2 triliun merupakan tagihan dari perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan keluarga pemilik Sritex.

Kurator pailit Sritex mencatat 11 perusahaan yang memiliki direktur berasal dari keluarga pemilik pabrik tekstil terbesar di Indonesia tersebut.

Berdasarkan data kepemilikan aset, Sritex hanya bernilai sekitar Rp 10 triliun sehingga tidak dapat menutupi seluruh utangnya. Kurator kesulitan mendapatkan data dan menemui direktur utama Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto, yang juga mengajukan tagihan utang.

Tagihan utang dari keluarga pemilik Sritex menjadi salah satu artikel terpopuler Katadata.co.id pada Selasa (14/1). Selain itu, simak juga rencana Superbank yang akan IPO, serta saham BRI yang anjlok hingga keluar dari daftar top lima market cap terbesar BEI.

Semua artikel tersebut kami rangkum dalam Top News Katadata.co.id.

1. Perusahaan Keluarga Lukminto Menagih Utang Rp 1,2 Triliun ke Sritex

Kurator pailit PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) mencatat adanya tagihan utang sekitar Rp 1,2 triliun oleh sejumlah perusahaan yang dimiliki keluarga pemilik pabrik tekstil terbesar di Indonesia tersebut.

"Ada 11 perusahaan terafiliasi Sritex grup yang direkturnya adalah keluarga pemilik Sritex," kata salah satu kurator Sritex Denny Ardiansyah di Semarang, Senin (15/1), dikutip dari Antara.

Salah satu perusahaan yang mendaftarkan tagihan utang tersebut adalah Iwan Kurniawan Lukminto, Direktur Utama Sritex. Iwan merupakan anak HM Lukminto, pendiri perusahaan tekstil tersebut.

Saat ini total tagihan utang Sritex yang telah diterima oleh kurator mencapai Rp 32,6 triliun. Tagihan ini berasal dari kreditor konkuren atau kreditor yang tidak memegang jaminan kebendaan apapun yang nilainya mencapai Rp 24,7 triliun.

Kurator juga mencatat tagihan yang diajukan oleh empat bank pemerintah, yakni Bank BJB, BNI, Bank DKI, serta BRI. Total tagihan dari empat bank ini mencapai sekitar Rp4,8 triliun.

Baca selengkapnya mengenai tagihan perusahaan keluarga Lukminto ke Sritex.

2. Cara Nonaktifkan Aplikasi Pinjol Fineasy yang Terunduh di HP OPPO dan Realme

Aplikasi pinjaman online atau pinjol Fineasy terunduh otomatis di ponsel OPPO dan Realme. Berikut cara menonaktifkan platform ini.

OPPO dan Realme sudah mengeluarkan pernyataan permintaan maaf kepada konsumen karena aplikasi pinjol yang otomatis ter-install di gawai dan tanpa izin.

Platform ini ditemukan di gadget OPPO dan Realme di Thailand dan Indonesia. Padahal platform pinjaman online Fineasy tidak terdaftar di OJK atau Otoritas Jasa Keuangan.

Fineasy adalah aplikasi pinjaman online yang menawarkan kredit mikro dengan proses cepat dan persyaratan minimal. Namun, aplikasi ini sering kali mengirimkan notifikasi yang mengganggu dan tidak dapat dihapus secara langsung melalui Google Play Store maupun pengaturan perangkat.

Aplikasi Fineasy terunduh otomatis oleh sistem di gawai OPPO dan Realme, serta tidak dapat dihapus. Hal ini memicu kekhawatiran, karena aplikasi bisa mengakses informasi pribadi pengguna seperti daftar kontak dan mengirim pemberitahuan tanpa persetujuan.

Baca selengkapnya mengenai cara nonaktifkan aplikasi pinjol Fineasy.

3. Superbank Disebut Bakal IPO, Cari Valuasi Rp 32,6 Triliun

Bank digital kongsi Grab dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), Superbank, dikabarkan bakal mencatatkan sahamnya melalui initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam waktu dekat. Bank digital itu mencari valuasi US$ 1,5 miliar sampai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 32,6 triliun (kurs: 16.300 per dolar AS) dalam IPO tersebut.

Berdasarkan laporan Bloomberg yang mengutip sumber yang tak disebutkan namanya, Superbank yang merupakan entitas konglomerasi bisnis Emtek ini tengah mencari penasihat keuangan untuk membantu potensi penjualan sahamnya.

Perusahaan diperkirakan dapat mengumpulkan dana segar antara US$ 200 juta (Rp 3,26 triliun) hingga US$ 300 juta (Rp 4,89 triliun) dalam IPO ini. Perusahaan yang berbasis di Jakarta ini mengejar valuasi antara US$ 1,5 miliar (Rp 24,46 triliun) hingga US$ 2 miliar (Rp 32,6 triliun) dalam penawaran umum perdana (IPO).

Rencana ini masih dalam tahap awal dan belum tentu mencapai kesepakatan. Sumber Bloomberg yang tak disebutkan namanya itu menyebut rincian terkait nilai penawaran IPO Superbank masih bisa berubah.

Perwakilan dari Emtek dan Singtel belum merespons kabar ini. Sementara itu, Grab dan Kakao Bank menolak berkomentar. Kepala keuangan korporat dan hubungan investor Super Bank, Ekaputra Aditya, menyatakan perusahaan tidak dapat menanggapi rumor atau spekulasi.

Baca selengkapnya mengenai Superbank yang disebut bakal IPO.

4. Lima Hari ARA, Saham RATU Naik 201% Market Cap Tembus Rp 9,42 Triliun

Emiten anak usaha PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), yakni PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), menembus rekor tertinggi atau auto reject atas (ARA) selama lima hari beruntun. Terpantau RATU hingga kini telah terbang 201,74% sejak IPO.

Adapun pada perdagangan siang ini pukul 13.30 WIB, Selasa (14/1) saham RATU terpantau naik 24,82% ke level Rp 3.470 per lembar saham hingga dengan kapitalisasi pasar tembus Rp 9,42 triliun. Adapun Volume saham RATU yang diperdagangkan tercatat 1,44 juta dengan nilai transaksi Rp 5,01 miliar.

ARA merupakan batas kenaikan harga saham tertinggi yang diperbolehkan dalam satu hari perdagangan. Saat saham menyentuh ARA, sistem akan secara otomatis menolak pesanan untuk membeli atau menjual efek.

Baca selengkapnya mengenai saham RATU naik 201%.

5. BBRI Anjlok ke Rp 3.800, Keluar dari Top Lima Market Cap Terbesar di BEI

Emiten perbankan pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terdepak dari deretan top lima market cap atau kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun pada perdagangan saham sore ini, BBRI ditutup merosot 1,30% ke level Rp 3.800 per lembar saham.

Volume yang diperdagangkan tercatat 291,25 juta dengan nilai transaksi Rp 1,12 triliun dan kapitalisasi pasarnya turun mencapai Rp 575,92 triliun. Apabila melihat tren pergerakan sahamnya, BBRI terkoreksi 6,86% secara year to date (ytd). Kemudian dalam seminggu terakhir saham perbankan BUMN itu merosot 24%, dan anjlok 24% dalam tiga bulan terakhir.

Sedangkan emiten orang terkaya nomor satu di Indonesia Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menduduki pucuk dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 1.291 triliun. Di posisi kedua, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat kapitalisasi sebesar Rp 1.174 triliun.

Kemudian diikuti oleh emiten batu bara milik Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) berada di peringkat ketiga dengan nilai pasar mencapai Rp 679,17 triliun. Lalu PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN) kapitalisasi sebesar Rp 594,65 triliun. Terakhir PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp 583,95 triliun.

Baca selengkapnya saham BBRI anjlok ke Rp. 3.800.

 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...