Tembus Ekspor, Bisnis Ternak Domba Jember Makin Menggeliat
Meningkatnya produksi domba lokal, turut memicu perusahaan eksportir untuk terus ekspansi dengan mencari negara tujuan baru.
Direktur Utama Inkopmar Cahaya Buana Rio Lukman mengatakan sebelumnya perusahaan telah menandatangani kontrak ekspor sebanyak 60 ribu ekor domba untuk jangka pengiriman setahun. Per bulan, Inkopar ditargetkan mengirimkan 5 ribu ekor domba dengan dengan berat domba sekitar 30 kilogram per ekor.
Adapun untuk ekspor 5 ribu domba per bulan, nilai penjualan yang diperoleh Inkopmar sekitar Rp 9 miliar. Dengan begitu, untuk setiap domba ekspor harga jualnya diperkirakan sekitar Rp 1,8 juta per ekor. Namun, ekspor perusahaan juga setidaknya harus menanggung biaya pengiriman yang nilainya cukup besar.
“Ongkos transportasi menyumbang sekitar 40% dari harga jual,” ujar Lukman.
Selain ongkos logistik yang cukup tinggi, perusahaan juga menghadapi kendala pengiriman seiring dengan aturan transportasi kapal ternak dari Kementerian Perhubungan. Menurutnya, kapal lokal tidak bisa mendistribusikan kapal langsung ke Malaysia, sehingga ekspor 2.500 ekor domba tahap pertama pada bulan depan rencananya akan dikirimkan melalui jalur darat ke Dumai, Riau untuk kemudian dikirimkan melalui sewa kapal ke Malaysia.
Masih terbatasnya jumlah kapal yang bisa melakukan pengiriman lewat jalur laut dari Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur membuat ongkos transportasi menjadi mahal. Padahal, Lukman mengungkapkan pengiriman bisa efektif dan murah jika dapat diangkut dengan kapal besar, yang mana untuk sekali angkut kapal bisa memuat sekitar 10 ribu ekor domba dengan estimasi waktu pengiriman sekitar 7 hari.
Kecepatan waktu pengiriman menjadi penting, karena pemerintah Malaysia memberlakukan aturan yang akan membatasi hewan ternak yang dikarantina mencapai 14 hari.
“Kalau dikirim langsung daya tahan hewan ternak lebih bagus dan lebih banyak kuantitasnya,” kata Lukman.
Di sisi lain, Chief Executive Officer Kamran Group Datuk Raghu Loganathan Pillai memaparakan alasan dibalik keputusan perusahaan mengimpor 60 ribu ekor domba Indonesia.
Pertama, menurutnya hewan ternak Indonesia tumbuh secara organik sehingga pemerintah Malaysia memberikan akreditasi baik untuk kualitas produk Indonesia.
Kemudian ada permintaan domba yang tinggi di Malaysia baik untuk diternak maupun dijual lagi dengan dalam volume yang besar. Tak hanya itu, selera kuliner yang hampir mirip antara masakan tradisional Indonesia dengan masakan tradisional Malaysia turut mendorng permintaan domba di negeri jiran.
Terakhir, jarak Australia yang lebih jauh meningkatkan ongkos transportasi sehingga ada perbedaan harga yang lebih besar 30% dibandingkan jika mengimpor domba langsung dari Indonesia. “Itu sangat penting karena membuat bisnis kami lebih efektif,” ujar Raghu.
Dengan alasan itu, Kamran pun berkomitmen untuk meningkatkan kontrak ekspor lebih dari 60 ribu ton ini , naik menjadi 100 ribu ton di tahun depan.