Empat Kondisi Garuda Masukkan Piutang dari Mahata ke Pendapatan 2018

Ameidyo Daud Nasution
9 Mei 2019, 06:58
Pesawat Garuda di Hangar GMF,  Tanggerang,  Banten (2/3). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasi 24 pesawat berbadan lebar Aibus A330 sementara unit biaya rendahnya Citilink mengoperasikan 51 unit A320. 
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Pesawat Garuda di Hangar GMF,  Tanggerang,  Banten (2/3). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasi 24 pesawat berbadan lebar Aibus A330 sementara unit biaya rendahnya Citilink mengoperasikan 51 unit A320. 

Hanya saja, transaksi dengan Mahata ini diakui oleh manajemen Garuda bahwa mereka belum mendapatkan pembayaran dari Mahata hingga saat ini. Fuad mengatakan saat ini manajemen sudah berbicara dengan Mahata untuk finalisasi pembiayaan dengan investor.

Fuad juga menyayangkan adanya polemik laporan keuangan mengingat ini hanya transaksi bisnis biasa. "Disayangkan karena ini kan business to business, selain itu transaksi ini juga melibatkan investor asing," kata dia.

Mahata juga telah mengeluarkan rilis yang menyebut tanggal 8 April lalu telah mendapat suntikan modal dari Well Vintage Enterprise FZE Dubai senilai US$ 21 juta. Suntikan modal ini akan digunakan untuk memasang fasilitas internet di pesawat milik Garuda Indonesia.

Presiden Direktur Mahata, M. Fitriansyah pada November lalu mengatakan bahwa kedepannya akan ada bagi hasil yang dilakukan perusahaan bersama Garuda. Ini lantaran Mahata mencari pemasukan dari pengembangan bisnis layanan Wi-Fi tersebut. "Karena kami ada kerja sama dengan tiga macam, e-commerce, advertising (iklan), dan permainan online," kata Fitriansyah saat itu.

Polemik soal laporan keuangan Garuda ini bermula saat dua Komisaris Garuda Indonesia yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria menolak laporan keuangan Garuda 2018. Mereka menilai pencatatan akuntansi dalam laporan keuangan tersebut tidak sesuai dengan PSAK.

(Baca: Kisruh Lapkeu Garuda, OJK: Hanya Masalah Komunikasi dengan Direksi)

Menurut dua komisaris tersebut, seharusnya Garuda Indonesia mencatatkan rugi tahun berjalan senilai US$ 244,95 juta atau setara Rp 3,45 triliun (kurs Rp 14.100 per dolar AS). Namun, di dalam laporan keuangan malah tercatat memiliki laba tahun berjalan senilai US$ 5,01 juta atau setara Rp 70,76 miliar.

Keberatan dua komisaris Garuda Indonesia tersebut didasarkan pada perjanjian kerja sama penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan yang ditanda tangani oleh anak usaha Garuda Indonesia, yakni Citilink Indonesia dengan Mahata. Menurut mereka, komitmen dari Mahata yang sebesar US$ 239,94 juta tidak dapat diakui sebagai pendapatan dalam tahun buku 2018.

Jumlah tersebut termasuk pendapatan dan piutang Mahata terhadap Sriwijaya Air sebesar US$ 28 juta ditambah pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar US$ 2,8 juta yang merupakan bagian bagi hasil Garuda Indonesia. Seperti diketahui, perjanjian pengadaan wifi antara Mahata dengan Citilink diperluas ke Grup Garuda Indonesia. Sriwijaya saat ini merupakan bagian dari grup tersebut.

(Baca: Kisruh Laporan Keuangan Garuda, Kementerian BUMN Tak Bisa Intervensi)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...