Stellantis dan Tren Merger Otomotif: Menuju Kendaraan Listrik & Otonom

Happy Fajrian
20 Januari 2021, 16:26
stellantis, fiat, peugeot, merger, kendaraan listrik, kendaraan otonom, industri otomotif
ANTARA FOTO/REUTERS/Antonio Bronic
Mobil listrik di isi ulang di sebuah jalan di London, Inggris, Selasa (4/2/2020).

Selain Geely, perusahaan startup yang memproduksi kendaraan otonom lainnya, Cruise, juga mengumumkan kerja sama dengan Microsoft Corp. untuk mempercepat produksi dan komersialisasi kendaraan otonom.

Microsoft akan bergabung dengan General Motors Co., Honda Motor Co., dan investor institusi lainnya dalam investasi senilai lebih dari US$ 2 miliar, untuk mengembangkan kendaraan otonom. Dengan adanya investasi ini, nilai startup yang berbasis di San Fransisco tersebut kini menembus US$ 30 miliar.

Lalu pada 2019, sejumlah kerja sama atau merger serupa juga dilakukan produsen otomotif lainnya. Seperti kerja sama Hyundai Motors dengan Aptiv, sebuah perusahaan teknologi yang mengembangkan solusi kendaraan yang lebih hijau dan terkoneksi, senilai US$ 1,6 miliar.

Perusahaan pembuat teknologi keamanan dan konektivitas kendaraan, Wabco Holdings Inc., pada 2019 mengakuisisi produsen sasis kendaraan asal Jerman, ZF Friedrichshafen AG, senilai US$ 7,4 miliar.

CEO Wabco Jacques Esculier mengatakan bahwa kolaborasi dengan ZF Friedrichshafen merupakan upaya perusahaan untuk menyambut era mobil listrik dan otonom yang semakin terkoneksi di masa depan. “Kami melihat banyak peluang ke depan, walau merealisasikannya akan penuh dengan tantangan,” kata Esculier.

Honda Motors pada 2019 juga mengumumkan akuisisi Showa Corp. dan Keihin Corp., masing-masing senilai US$ 1,1 miliar dan US$ 1 miliar. Dua perusahaan ini merupakan suplier part untuk kendaraan Honda.

Pada 2017 Honda juga mengumumkan kerja sama dengan Hitachi untuk mengembangkan motor listrik. Nantinya, Showa dan Keihin akan dilebur dengan Hitachi. Integrasi ini memiliki tujuan jangka panjang, yakni untuk mempermudah pengembangan kendaraan listrik.

Investasi CASE 2020 Turun Imbas Covid-19

Meski demikian, menurut hasil riset Pricewaterhouse Cooper (PwC) nilai transaksi dan investasi perusahaan otomotif pada teknologi CASE pada 2020 menurun dibandingkan 2019. CASE merupakan singkatan dari connectivity, autonomus, sharing/subscription, dan electrification.

Pada 2019, total investasi/kerja sama CASE di industri otomotif dunia mencapai US$ 75 miliar. Namun pada 2020 turun 44% menjadi US$ 42 miliar, imbas pandemi Covid-19. PwC menyebutkan bahwa investasi CASE merupakan pendorong perusahaan otomotif melakukan merger dan/atau akuisisi.

Tren investasi CASE pada 2021 diprediksi akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, namun masih akan diliputi volatilitas seiring masih belum berakhirnya pandemi corona.

“Sektor otomotif masih akan menghadapi tahun yang menantang. Covid-19 masih akan menjadi hambatan terbesar bagi perusahaan otomotif dalam melakukan kesepakatan bisnis,” tulis riset PwC, dikutip Rabu (20/1).

Peluang meningkatnya investasi CASE tahun ini tetap ada seiring dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). PwC menyebutkan bahwa Biden akan membawa banyak perubahan pada kebijakan lingkungan AS untuk melawan perubahan iklim.

“Kami memprediksi investasi pada kendaraan listrik akan berlanjut, bahkan terakselerasi, seiring perubahan kebijakan ini. Produsen otomotif yang belum mengembangkan kendaraan listrik akan mulai meningkatkan investasinya, berkompetisi dengan pemain lainnya,” tulis PwC.

Meski demikian daya beli masih akan menjadi tantangan untuk meningkatkan permintaan kendaraan listrik. Namun ini bisa diatasi dengan stimulus atau dengan insentif agar harga kendaraan listrik bisa mendekati harga kendaraan bermesin konvensional.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...