Cek Data: Mengapa Banyak Masyarakat Berobat ke Dukun seperti Ida Dayak

Reza Pahlevi
17 April 2023, 14:04
Warga antre untuk pengobatan tradisional di Markas Kostrad Cilodong, Depok, Jawa Barat, Senin (3/4/2023). Antrean tersebut untuk mendapatkan giliran pengobatan tradisional Ida Dayak yang diselenggarakan pada 3-4 April 2023.
ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/rwa.
Warga antre untuk pengobatan tradisional Ida Dayak di Markas Kostrad Cilodong, Depok, Jawa Barat, Senin (3/4/2023).

Belum pernah ada studi terkait literasi kesehatan ini yang dilakukan di seluruh Indonesia. Meski begitu, penelitian oleh Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro pernah mengukur literasi kesehatan di Kota Semarang pada 2014.

Hasilnya, sebagian besar atau 53,06% responden studi memiliki literasi kesehatan bermasalah atau problematic. Sebanyak 10,69% responden bahkan memiliki literasi kesehatan yang kurang (inadequate). 

Masalah selanjutnya adalah biaya pengobatan tradisional yang jauh lebih murah ketimbang pengobatan modern. Ini bisa terlihat dari data pengeluaran untuk kesehatan yang dikumpulkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh BPS.

Pengeluaran lebih tinggi untuk pengobatan modern ini berlaku untuk pengeluaran pengobatan dan biaya obatnya sendiri. Pada 2021, rata-rata pengeluaran per kapita untuk pengobatan tradisional hanya Rp405. Ini jauh lebih rendah dari pengeluaran untuk praktik dokter klinik yang sebesar Rp1.801.

Perbedaan semakin mencolok ketika harus membandingkan dengan pengeluaran pengobatan di rumah sakit. Rata-rata pengeluaran per kapita di rumah sakit pemerintah mencapai Rp8.041, sementara di rumah sakit swasta mencapai Rp10.011.

Hal serupa juga ditemukan di pengeluaran untuk obat. Rata-rata pengeluaran per kapita untuk obat tradisional atau jamu hanya Rp638. Sementara, biaya untuk obat modern dengan resep sebesar Rp1.793 dan tanpa resep sebesar Rp1.796.

Pemerintah sudah mencoba memudahkan akses kesehatan dengan adanya BPJS Kesehatan. Akan tetapi, nyatanya hadirnya BPJS belum sepenuhnya membantu masyarakat mengakses fasilitas kesehatan.

Ini terlihat dari masih tingginya pengeluaran kesehatan out-of-pocket atau dari kantong sendiri. Cakupan BPJS Kesehatan saat ini mungkin memang sudah mencapai 92,44% saat ini, tetapi pengeluaran out-of-pocket masih berada di angka 31% menurut data WHO.

Persentase pengeluaran out-of-pocket ini jauh lebih tinggi dari Singapura, Thailand, dan Jepang. Singapura memiliki proporsi pengeluaran dari kantong sendiri sebesar 19%, Thailand sebesar 11%, dan Jepang 13%.

Referensi

Pengpid, S., & Peltzer, K. (2018). “Utilization of traditional and complementary medicine in Indonesia: Results of a national survey in 2014–15”. Complementary Therapies in Clinical Practice, 33, 156–163. (Akses 13 April 2023)

Nurjanah, N., Rachmani E., & Soenaryati. S. (2014). “Demography and Social Determinants of Health Literacy Semarang”. Conference: 2nd International Conference on Health Literacy and Health Promotion, Taipei. (Akses 13 April 2023)

Handayani, L., Suparto, H., & Suprapto, A. (2001). “Traditional system of medicine in Indonesia”. Traditional Medicine in Indonesia, 47. (Akses 13 April 2023)

Badan Pusat Statistik (2021). Profil Statistik Kesehatan 2021. (Akses 11 April 2023)

---------------

Jika Anda memiliki pertanyaan atau informasi yang ingin kami periksa datanya, sampaikan melalui email: [email protected].

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...