Cek Data: Benarkah Nyamuk Wolbachia Berbahaya Bagi Manusia?

Reza Pahlevi
6 Desember 2023, 16:56
Petugas menunjukkan sampel nyamuk aedes aegypti yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia saat peluncuran kampanye metode Wolbachia dari World Mosquito Program (WMP) dan Save the Children Indonesia untuk cegah demam berdarah dengue (DBD) di Denpasar, Bali,
ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/hp.
Petugas menunjukkan sampel nyamuk aedes aegypti yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia saat peluncuran kampanye metode Wolbachia untuk cegah demam berdarah dengue (DBD) di Denpasar, Bali, Selasa (6/6/2023).

Gene drive yang dimaksud Siti Fadilah adalah rekayasa genetika. Namun, metode wolbachia tidak mengubah nyamuk yang secara genetik. Mengutip CDC, wolbachia ditemukan di 6 dari 10 spesies serangga di dunia. Memasukkan wolbachia ke nyamuk aedes aegypti lewat perkembangbiakan tidak mengubah genetiknya.

Efek penyebaran wolbachia pun sudah diteliti. Analisis risiko menemukan hanya ada risiko kecil penyebaran wolbachia antarorganisme, seperti dari nyamuk ke manusia. Kalaupun ada kasus penyebaran, wolbachia tidak membahayakan untuk organisme lain.

Metode wolbachia pun lebih berkelanjutan berbeda dengan fogging yang harus dilakukan setiap memasuki musim rawan DBD. Penelitian di Australia menemukan nyamuk yang telah terinfeksi wolbachia tetap memiliki bakteri setelah 7 tahun. Ini berarti DBD dapat terkendali secara alami.

Penelitian di Yogyakarta juga menemukan penyebaran wolbachia mengurangi frekuensi fogging atau penyemprotan insektisida. Dengan begitu, pemerintah daerah dapat menghemat pengeluaran pengendalian DBD di masa depan.

Contohnya Sri Lanka, setelah sekian tiga tahun dicobakan dengan nyamuk itu, timbullah nyamuk lebih ganas. Kemudian, Singapura tadinya mengikuti WMP tapi ternyata justru terjadi kenaikan 2 kali lipat. Maka Pemerintah Singapura mengundurkan diri dari proyek WMP.”

Tidak ada referensi yang menyebut munculnya nyamuk baru lebih ganas di Sri Lanka setelah penyebaran wolbachia. Uji coba WMP di Colombo, Sri Lanka dimulai pada 2018 dan selesai pada 2021. Area penyebaran dilakukan di wilayah seluas 20 km2 Belum ada penelitian yang dirilis berdasarkan uji coba skala terbatas di Sri Lanka.  

Sebagai perbandingan, Indonesia melakukan uji coba skala terbatas pada 2013 dan baru melakukan uji coba skala lebih luas pada 2016. Hasil uji coba lebih luas baru muncul pada 2020. Artinya, proses penelitian memang tidak dapat dilakukan dengan tergesa-gesa.

Sementara Singapura tidak memiliki kerja sama dengan WMP. Singapura memiliki proyek wolbachia secara mandiri yang dipimpin oleh Badan Lingkungan Nasional. Proyek itu pun tidak pernah dihentikan sejak 2016. 

Mengutip Channel News Asia, proyek wolbachia sudah mencakup sekitar 25% rumah tangga Singapura. Di beberapa lokasi proyek seperti Tampines, Yishun, dan Choa Chu Kang, kasus DBD berhasil turun hingga 88%. Meski begitu, jumlah kasus DBD nasional memang belum dapat ditekan secara signifikan.

Dr Ng Lee Ching, seorang direktur di Badan Lingkungan Nasional, mengatakan wolbachia bukan peluru emas penanggulangan DBD. Meski dapat mengurangi penyebaran DBD, Wolbachia harus dilengkapi usaha pengendalian lain.

Meski begitu, tidak ada penghentian proyek wolbachia di Singapura seperti kata Siti Fadilah. Singapura bahkan akan memperluas penyebaran wolbachia di lima daerah residensial baru pada 2024. Ini akan meningkatkan cakupan rumah tangga dari 350 ribu menjadi 480 ribu.

Referensi

Buchori, D., dkk. (2022). “Risk Assessment on the Release of Wolbachia-Infected Aedes aegypti in Yogyakarta, Indonesia” (Akses 1 Desember 2023)

Centers for Disease Control and Prevention. “Dengue Around the World” (Akses 28 November 2023)

Centers for Disease Control and Prevention. “Mosquitoes with Wolbachia for reducing numbers of Aedes aegypti mosquitoes” (Akses 4 Desember 2023)

Channel News Asia. 21 September 2023. “Project Wolbachia: 300 million mosquitoes released but not a silver bullet to deal with dengue, says NEA” (Akses 4 Desember 2023)

Dainty, K. R. (2021). “wMel Wolbachia genome remains stable after 7 years in Australian Aedes aegypti field populations” (Akses 4 Desember 2023)

Indriani, C., dkk. (2023) “Impact of randomised wmel Wolbachia deployments on notified dengue cases and insecticide fogging for dengue control in Yogyakarta City” (Akses 4 Desember 2023)

Indriani, C., dkk. (2020). “Reduced dengue incidence following deployments of Wolbachia-infected Aedes aegypti in Yogyakarta, Indonesia: a quasi-experimental trial using controlled interrupted time series analysis” (Akses 1 Desember 2023)

Murray, J. V., Jansen, C. C. & De Barro, Paul. (2016). “Risk Associated with the Release of Wolbachia-Infected Aedes aegypti Mosquitoes into the Environment in an Effort to Control Dengue” (Akses 4 Desember 2023)

Kementerian Kesehatan. 2023. Laporan Tahunan 2022 Demam Berdarah Dengue: Membuka Lembaran Baru. (Akses 29 November 2023)

Komisi IX DPR RI. 28 November 2023. “KOMISI IX DPR RI RAPAT KERJA DENGAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI”. Youtube. (Akses 30 November 2023)

O’Neill, S. L. (2016). “Wolbachia mosquito control: tested” (Akses 4 Desember 2023)

Siti Fadilah Supari Channel. 17 November 2023. “PRO KONTRA PENYEBARAN NYAMUK WOLBACHIA DI INDOESIA, ADA AGENDA TERSELUBUNG?”. Youtube. (Akses 28 November 2023)

The Straits Times. 22 November 2023. “Five more residential areas to be part of Project Wolbachia to curb dengue” (Akses 4 Desember 2023)

World Mosquito Program. “How it works” (Akses 28 November 2023)

World Mosquito Program. Juni 2021. “Applying Wolbachia to Eliminate Dengue – A randomised controlled trial” (Akses 29 November 2023)

---------------

Jika Anda memiliki pertanyaan atau informasi yang ingin kami periksa datanya, sampaikan melalui email: cekdata@katadata.co.id.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...