PT Smelting Produksi 96 Ribu ton Katoda Tembaga di Kuartal I 2019
PT Smelting mencatat produksi katoda tembaga mencapai 96 ribu ton pada Kuartal I 2019. Jumlah tersebut sekitar 35% dari target minimal produksi yang ditetapkan pada tahun ini, 247 ribu ton katoda.
Target produksi katoda tembaga tersebut pun meningkat dibandingkan realisasi tahun lalu yang mencapai 242 ribu ton. Senior Manager Teknikal Eksternal PT Smelting Bouman T Situmorang menyampaikan, perlu konsentrat sekitar 1,1 juta ton untuk menghasilkan 242 ribu ton kotoda tembaga.
Dalam pengolahannya, perlu 150 ribu ton pasir silika, 20 ribu ton batu gamping, dan 21 ribu ton batu bara per tahun. Selain itu, dibutuhkan utilitas seperti pasokan listrik, gas alam, oksigen, pendingin air. "Butuh kompresor, turbin, dan alat alat besar," katanya di Gresik, Jawa Timur, kemarin (20/6).
(Baca: Maksimalkan Kapasitas Produksi, PT Smelting Tambah Pasokan dari Amman)
Ia menjelaskan, pengolahan katoda tembaga akan menghasilkan limbah seperti asam sulfat, lumpur anoda, terak tembaga, tembaga telurida, dan gipsum. Limbah tersebut bisa diolah dan dijual kembali. Ia mencontohkan, asam sulfat bisa dijadikan bahan baku pupuk dan gipsum dapat diolah menjadi semen.
Lalu, lumpur anoda untuk bahan baku pemurnian emas dan perak, tembaga telurida untuk pemurnian telurida, serta terak tembaga untuk semen, beton cor. Limbah airnya dibuang ke laut melalui proses pendinginan maksimal 40 derat celcius.
Ia menegaskan, pembuangan limbah air ke laut telah mendapatkan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). "Air yang digunakan dibuang ke laut, kami jaga (suhunya) di bawah itu. Jadi didinginkan dulu," kata dia.
(Baca: Terus Bertambah, Kini 27 Smelter Beroperasi di Indonesia)
PT Smelting mendapat pasokan konsentrat Smelting dari PT Freeport Indonesia (PTFI) sebagai pemasok utama dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Kapasitas konsentrat yang dimiliki Smelting yakni 1,1 juta ton. Tahun ini, Amman akan memasok sekitar 100 ribu ton konsentrat, sedangkan sisanya PTFI.
Pada tahun lalu, Amman hanya memasok sekitar 20 ribu ton. Sebab, pengoperasian pabrik pengolahan sempat berhenti selama dua bulan untuk perbaikan dan perawatan mesin. Karena itu, konsentrat yang diolah tidak maksimal.
Ia menambahkan, konsentrat tembaga dari Amman penting lantaran konsentrat dari Freeport memiliki kadar limbah yang tinggi. "Limbah dari Freeport tinggi, jadi harus blending. Kami cari konsentrat yang bersih yaitu Amman," kata Bouman.
PT Smelting merupakan pabrik pengelolaan biji tembaga menjadi tembaga murni yang didirikan di Gresik, Jawa Timur pada Februari 1996. Pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) dan kilang tembaga Smelting ini adalah yang pertama di Indonesia, dengan sekitar US$ 500 juta untuk biaya konstruksi langsung.
Adapun 60,5% saham PT Smelting dimiliki Mitsubishi Material Corporation, sedangkan sisanya 9,5% dimiliki Mitsubishi Corporation Rtm Japan Ltd, dan 5% dipegang JX Nippon dan Metal Corporation Ltd.
(Baca: Smelter Freeport di Gresik Dipastikan Mulai Beroperasi 2022)