Singapura Terapkan Pelajaran Pemrogaman Bagi Siswa SD pada 2020
Pemerintah Singapura menerapkan program Code For Fun (CFF) untuk mencetak lebih banyak talenta digital guna menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Karena itu, seluruh siswa sekolah dasar (SD) di Singapura akan mempelajari pemrograman alias coding pada 2020.
Program tersebut dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Otoritas Pengembangan Media Infocomm (IMDA). CFF tengah diuji coba di beberapa SD di Singapura, tahun ini. Setelah menjalani ujian kelulusan Primary School Leaving Examination (PSLE), siswa mendapat pelajaran mengenai pemrogaman selama 10 jam.
Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura S Iswaran mengatakan, negaranya ingin membangun ekonomi digital. “Ini adalah visi keseluruhan kami untuk menciptakan digitalisasi yang inklusif, sehingga bermanfaat bagi semua warga Singapura,” katanya dikutip dari The Independent, Jumat (12/7).
(Baca: Kominfo Alokasikan Rp 109,4 Miliar untuk 20 Ribu Talenta Digital)
Apalagi, menurutnya ada dua hal penting yang harus diantisipasi saat ini. Pertama, perkembangan teknologi. Kedua, potensi perang dagang seperti yang terjadi antara Tiongkok dan Amerika Serikat (AS).
Karena itu, menurut dia, pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi penting untuk dilakukan. “Kami harus bisa menanggapi hal-hal yang tidak terduga dan juga mengambil peluang tak terduga saat bergerak maju. Kami harus beradaptasi dengan realitas baru,” katanya.
IMDA menjelaskan, CFF akan mencakup pembelajaran terkait bahasa pemrograman berbasis visual, seperti Scratch. Konsep tersebut akan digabung dengan kit robot, seperti Lego WeDo, MoWay, dan mikrokontroler. Dengan begitu, pengalaman siswa dalam belajar pemrogaman menjadi lebih menarik.
Selain pemrogaman, siswa di Singapura akan mempelajari keamanan siber melalui Singapore Cyber Youth Programme (SG Cyber Youth). Program tersebut akan menjangkau 10 ribu siswa sekolah menengah.
(Baca: Sekolah Pemrograman Gratis Dibuka untuk Umum Tahun Depan)
Di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyediakan 20 ribu beasiswa melalui program Beasiswa Digital Talent 2019. Program ini mencakup kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), analisis big data, keamanan siber, mesin pembelajar (machine learning), komputasi awan (cloud) dan kebijakan digital, internet of things (IoT), pemrogaman, serta desain grafis dan animasi.
McKinsey menyebutkan, ada selisih sembilan juta SDM antara ketersediaan dengan kebutuhan industri bidang teknologi di Tanah Air hingga 2030. Itu artinya, Indonesia diproyeksi kekurangan talenta digital 600 ribu per tahun.
Menteri Kominfo Rudiantara mengatakan, talenta di bidang digital semestinya dilatih sejak sedini mungkin. "Saya iri dengan Singapura. Sejak pre-school mereka didorong untuk belajar pemrogaman, dengan berpikir sesuai logika. Waktu istirahat mereka masuk ke bus untuk utak atik program," katanya, pada awal tahun ini.
Saat ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah menyisipkan materi pemrogaman dalam silabus di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk pendidikan dasar. Untuk di perguruan tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) didorong untuk membuat program studi (prodi) terkait teknologi. "Pemerintah siapkan semua ini supaya terintegrasi," kata dia.
(Baca: Programmer sebagai Alternatif Profesi bagi Penyandang Disabilitas)