Strategi Gojek dan Grab Antisipasi Skenario Terburuk Pandemi Corona

Desy Setyowati
21 Mei 2020, 08:00
Strategi Gojek dan Grab Antisipasi Skenario Terburuk Pandemi Corona
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Ilustrasi, seorang pengguna ojek online menunjukkan aplikasi GoRide yang tidak tersedia di Kawasan Pejaten Barat, Jakarta Selatan, Jumat (10/4/2020).

Bisnis Gojek dan Grab terpukul pandemi corona, khususnya pada layanan berbagi tumpangan (ride-hailing) baik taksi maupun ojek online. Kedua decacorn ini pun menerapkan beberapa strategi untuk mengantisipasi skenario terburuk dari pandemi Covid-19.

Hal itu terjadi karena layanan taksi dan ojek online dibatasi, khususnya di wilayah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan ini membuat permintaan layanan berbagi tumpangan menurun.

Advertisement

Berdasarkan catatan Gabungan Aksi Roda Dua (Garda), permintaan layanan ojek online turun 60-70% secara keseluruhan. “Untuk wilayah yang memberlakukan PSBB, turunnya sangat drastis 80-90%,” kata Ketua Presidium Garda Igun Wicaksono kepada Katadata.co.id, Rabu (20/5).

Namun, layanan pesan-antar makanan seperti GoFood dan GrabFood meningkat 10-20%. Sedangkan permintaan layanan pengiriman barang naik sekitar 10%.

(Baca: Omzet Naik 10% Saat Ramadan, Kopi & Ayam Geprek Diminati di GoFood)

Co-founder Grab Tan Hooi Ling juga menyampaikan bahwa pendapatan dari layanan pesan-antar makanan GrabFood meningkat. Namun, order jasa berbagi tumpangan baik GrabBike maupun GrabCar turun drastis.

Secara keseluruhan, “pendapatan lebih rendah dibanding sebelum adanya pandemi Covid-19,” ujar Ling dikutip dari Reuters, akhir pekan lalu (14/5). "Selama ini, kami sedang mempersiapkan skenario terburuk, yang berpotensi menjadi ‘musim dingin’ yang sangat panjang."

Decacorn asal Singapura itu pun menyiapkan beberapa langkah untuk mengantisipasi skenario terburuk tersebut. Salah satunya, Grab mulai menawarkan kepada karyawannya untuk bekerja secara fleksibel seperti cuti tanpa dibayar, pengurangan jam kerja, dan cuti panjang.

(Baca: Pendiri Grab Sebut Usahanya Masuk "Musim Dingin Panjang" Akibat Corona)

Grab juga dikabarkan mengurangi insentif untuk para mitra pengemudi. “Ada banyak ketidakpastian mengenai kedalaman dan durasi pandemi ini. Kami tidak tahu berapa lama resesi ekonomi akan berlangsung. Kami mengambil langkah aktif untuk menghemat uang dan mengelola basis karyawan kami,” kata juru bicara Grab, dikutip dari Tech in Asia.

Perusahaan penyedia layanan on-demand itu juga berfokus mendorong transaksi. Salah satunya, memperluas layanan GrabMart dan GrabAssistant. Sebab, permintaan layanan ini meningkat di tengah kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat di luar rumah.

Di Malaysia dan Singapura, pengemudi GrabCar bahkan diperbolehkan menyediakan layanan GrabFood, GrabMart, dan GrabExpress. (Baca: Ada Pandemi, CEO Grab: Likuiditas Cukup untuk Melewati Resesi 3 Tahun)

Langkah-langkah tersebut dilakukan Grab untuk mengimbangi penurunan permintaan layanan GrabBike dan GrabCar. "Covid-19 merupakan krisis tunggal terbesar yang mempengaruhi Grab dalam delapan tahun keberadaan kami," kata CEO Grab Anthony Tan dikutip dari Bloomberg, bulan lalu (20/4).

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan, Cindy Mutia Annur
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement