Siasat Bukalapak, Shopee, Tokopedia Atasi Konsumen Irit Saat Pandemi
Riset McKinsey menunjukkan, mayoritas konsumen berhemat saat pandemi corona. Perusahaan e-commerce seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, dan Lazada menyiapkan strategi untuk meningkatkan transaksi, meski pelanggan berencana untuk irit.
Bukalapak berfokus menyediakan produk dan layanan yang memudahkan konsumen dan menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. Salah satunya, meluncurkan fitur Buka Rumah saat pandemi Covid-19.
Unicorn Tanah Air itu juga bekerja sama dengan Bank Mandiri untuk menyediakan layanan keuangan. "Kami selalu terbuka untuk bekerja sama dengan sektor swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pemerintah," ujar CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin kepada Katadata.co.id, Rabu (22/7).
Layanan lain yang disediakan yakni fitur Tabungan Emas dan fitur Groceries HappyFresh. Bukalapak juga memiliki BukaMart untuk menyediakan bahan pokok.
Selain itu, perusahaan memberikan diskon berupa uang kembali (cashback) dan voucer mulai dari 60%. "Langkah yang kami ambil ini terbukti berdampak positif pada transaksi di Bukalapak di tengah situasi pandemi. Kenaikan transaksi 50% pada Juni secara tahunan,” ujar Rachmat.
Sedangkan Tokopedia berfokus menggaet pelaku usaha lokal, khususnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Perusahaan juga menggelar pesta diskon, salah satunya kampanye ‘Lengkapi Persediaan Rumah’.
“Inisiatif itu untuk membantu masyarakat di berbagai daerah memenuhi kebutuhan pokok sesuai kebutuhan dan lebih efisien dari penjual terdekat di daerah masing-masing," ujar External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya,” katanya.
Perusahaan juga mengadakan program Kejar Diskon pada jam-jam tertentu untuk beberapa barang seharga di bawah Rp 99 ribu. "Masyarakat bisa memanfaatkan Bebas Ongkir untuk mengantisipasi keadaan dengan menyetok produk sesuai kebutuhan, tanpa harus keluar rumah," katanya.
Sama seperti Tokopedia dan Bukalapak, Shopee berfokus menggaet mitra. Salah satunya PD Pasar Jaya. “Para penjual pasar konvensional dapat menggunakan kesempatan ini untuk memperluas produk dagangannya dengan bantuan platform digital kami," ujar Public Relations Lead Shopee Aditya Maulana Noverdi.
Shopee juga menggelar kampanye belanja Shopee 8.8 Mid Year Sale selama 13 Juli hingga 8 Agustus. Ada sejumlah diskon yang ditawarkan seperti Gratis Ongkir XTRA dan cashback sampai Rp 188 ribu.
Perusahaan asal Singapura itu juga memaksimalkan fitur hiburan seperti Shopee Games dan Shopee Live. Pada April lalu, penggunaan Shopee Live meningkat 70% dibandingkan bulan sebelumnya dengan jumlah penonton mencapai 120 juta.
Sedangkan Lazada menawarkan biaya ongkos kirim yang diklaim lebih murah ketimbang platform lain. “Beberapa penjual (seller) menawarkan opsi belanja yang akhirnya lebih murah di online dibandingkan toko fisik," ujar Head of Champaign Lazada Indonesia Amelia Tediarjo.
E-commerce asal Singapura itu juga menggelar promosi. Program diskon ini mulai dari gratis ongkos kirim hingga potongan harga 99%.
Lazada juga menggaet tiga mal di Jakarta untuk menyediakan e-mall di platform. Ketiga mal yang digandeng yakni Gandaria City, Kota Kasablanka dan Plaza Blok M.
"Kolaborasi ini akan memberikan akses dan pengalaman berbelanja aman dan nyaman ke berbagai toko dan merek ternama yang ada di mal-mal itu,” ujar Chief Marketing Officer Lazada Indonesia Monika Rudijono.
Selain e-commerce, pengembang aplikasi komunitas berbagi (sharing community) di Indonesia Shooper gencar menggaet konsumen di tengah pandemi virus corona ini. Aplikasi ini memungkinkan konsumen berbagi informasi tentang harga barang termurah di supermarket atau minimarket terdekat.
"Semakin banyak konsumen yang ingin mencari harga termurah khususnya untuk kebutuhan rumah tangga," kata CEO dan Co-founder Shooper Oka Simanjuntak dikutip siaran pers.
Langkah-langkah itu ditempuh oleh perusahaan e-commerce dan aplikasi berbelanja, karena masyarakat berhemat di tengah pandemi corona. Berdasarkan riset Mckinsey & Company, 82% dari total 3.600 responden lebih selektif dan irit saat penerapan tatanan kebiasaan atau normal baru (new normal).
Selain itu, 73% responden memilih berbelanja di toko fisik. Alasannya, bebas biaya ongkos kirim dan bisa meninjau langsung kualitas barang.
Responden yang disurvei berdomisili di 91 kota di Tiongkok, Indonesia, dan India. Survei dilaksanakan pada 28 April hingga 10 Mei.
Mayoritas konsumen berencana menunda atau membatalkan pembelian barang mewah. Khusus responden Indonesia berhemat saat pandemi, dan akan berbelanja lebih banyak setelah pagebluk usai.
Penulis: Cindy Mutia Annur
Reporter: Cindy Mutia Annur dan Fahmi Ahmad Burhan