Siasat Kreator Konten Cari Celah Untung saat Pandemi Corona
Media sosial menjadi alternatif hiburan masyarakat selama beraktivitas di rumah saat pandemi corona. Ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi kreator konten (content creator) untuk mendulang pengikut (follower) atau penonton, tetapi tetap mematuhi protokol kesehatan.
Pengelola kanal YouTube Hobby Makan Richard Erfandy atau Evan mengatakan, ia dan timnya rutin mengenakan masker hingga cairan pembersih tangan (hand sanitizer) selama membuat konten di luar rumah. Ini dilakukan sejak Februari lalu.
Bahkan, ia dan timnya rutin memeriksa risiko tertular virus corona baik rapid test maupun swab test. “Kami selalu waspada dalam segala situasi saat pandemi Covid-19,” kata Evan saat acara virtual bertajuk ‘Rakit Bangkit Facebook’, Rabu (28/10).
Tantangan seperti itu tak menyurutkan niatnya untuk menggarap konten secara konsisten. “Jumlah penonton itu bonus, sementara membuat konten kewajiban,” ujar dia.
Pria yang berfokus mengunggah konten jajanan kaki lima tersebut biasanya mengkaji tren terlebih dulu sebelum membuat video. Saat harga mangga murah misalnya, ia dan istrinya, Pratiwi Utami menggarap tayangan seputar kuliner berbahan dasar buah tropis ini.
Saat pandemi, konten terkait makanan pinggir jalan juga tetap diminati. “Biasanya kami borong dagangannya, supaya pedagang segera pulang,” katanya.
Dengan strategi seperti itu, jumlah penonton dan pengikutnya pun meningkat. Namun, ia tidak memerinci peningkatannya.
Berdasarkan laporan Facebook pada Juni lalu, penggunaan media sosial meningkat selama pandemi Covid-19. Angkanya tertera pada Databoks berikut:
Apalagi, berdasarkan data GlobalWebIndex, penduduk Indonesia rerata memiliki 10-11 akun per orang. Sedangkan warga di Filipina, Thailand, Malaysia, dan Vietnam mempunyai sembilan sampai 10 akun.
Kreator konten di bidang olahraga asal Singapura, Ng Ming Wei menghadapi tantangan serupa Evan. Atlet peraih medali emas pada Commonwealth Taekwondo Championships 2017 ini biasanya membagikan aktivitasnya melalui media sosial, seperti Likee.
Selain Singapura, beberapa penggemarnya berasal dari Nusantara. “Saya lihat ada sekitar 150 ribu penggemar dari Indonesia (lebih dari 20%),” kata Wei dikutip dari siaran pers, Agustus lalu (25/8).
Ia pun merekrut videografer dan beberapa anggota tim untuk membuat lebih banyak konten. Namun, rutinitas ini terkendala pandemi virus corona.
“Awalnya sedikit kecewa karena tidak yakin apa yang harus dilakukan, tetapi kemudian saya sampai pada kesimpulan bahwa kita harus memanfaatkan apa yang dimiliki. Yang terpenting, menjadi versi diri kalian yang terbaik. Jika saya bisa membuat video di rumah itu lebih baik daripada tidak sama sekali,” kata Wei.
Ia menyampaikan, untuk menjadi kreator konten global, perlu memperhatikan aspek pengambilan video, lokasi, warna, dan audio. Selain itu, konsisten membuat konten. “Walaupun video sebelumnya kurang memuaskan, jangan menyerah atau memedulikan perkataan orang lain jika kalian benar-benar suka melakukan hal ini,” katanya.
Dengan cara itu, ia optimistis setiap orang akan dapat menemukan konten yang cocok dengan dirinya masing-masing. Selain itu, harus memperhatikan tren.
Terkait bisnis di media sosial, Facebook meluncurkan acara Rakit Bangkit dengan menghadirkan sejumlah profesional, selebritas, serta kreator konten untuk berbagi pengetahuan kepada masyarakat, khususnya generasi muda. Acara ini akan berlangsung selama tiga hari, mulai Jumat (30/10).
“Ini untuk meningkatkan kemampuan dan mengasah keterampilan baru melalui platform digital agar dapat terus berjalan saat pandemi,” ujar Kepala Kemitraan Konten Hiburan untuk Facebook di Indonesia Revie Sylviana, saat acara virtual.