Transaksi Harbolnas Melonjak Jadi Rp 11,6 Triliun meski Ada Corona
Riset Nielsen Indonesia menunjukkan, transaksi saat hari belanja online nasional atau Harbolnas 2020 mencapai Rp 11,6 triliun. Nilainya meningkat Rp 2,5 triliun atau 27,4% secara tahunan (year on year/yoy) meski ada pandemi corona.
Director of Nielsen Indonesia Rusdy Sumantri mengatakan, melonjaknya jumlah konsumen digital mendongkrak transaksi Harbolnas meski daya beli masyarakat turun akibat pandemi Covid-19. "Semakin banyak online user dan shopper," katanya saat paparan secara online ‘Survei Nielsen Indonesia’, Rabu (23/12).
Riset tersebut berdasarkan survei terhadap 1.156 responden di 56 kota selama 11-12 Desember. Sedangkan peningkatan jumlah konsumen digital saat Harbolnas 12.12 dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Hasil riset tersebut selaras dengan studi Facebook dan Bain and Company, konsumen digital di Indonesia diperkirakan meningkat dari 119 juta tahun lalu menjadi 137 juta pada 2020. Persentasenya pun melonjak dari 58% menjadi 68% terhadap total populasi.
Sedangkan jumlah konsumen digital di Asia Tenggara tertera pada Databoks di bawah ini:
Selain itu, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) mencatat bahwa jumlah pengguna internet Indonesia naik 8,9% dari 171,2 juta pada 2018 menjadi 196,7 juta per kuartal II 2020. Persentasenya juga meningkat dari 64,8% menjadi 73,7% terhadap total populasi 266,9 juta.
Rusdy mengatakan, konsumen menahan diri untuk tidak berbelanja produk di luar kebutuhan utama saat pagebluk virus corona. Rincian produk yang paling banyak dibeli selama Harbolnas dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Mereka memanfaatkan momen pesta diskon seperti 11.11 dan 12.12 untuk membeli barang. Sebanyak 78% dari responden berbelanja saat 12.12 karena ada bebas ongkos kirim. Lalu, karena diskon (73%), voucer (26%), dan uang kembali atau cashback (26%).
Selain karena jumlah konsumen digital melonjak, transaksi Harbolnas di luar Jawa meningkat 97%. Sedangkan di Jawa tumbuh 17%. “Jadi Harbolnas tahun ini didorong oleh transaksi di luar Jawa," kata Rusdy.
Peningkatan transaksi juga didorong oleh penjualan produk lokal yang melonjak Rp 1 triliun menjadi Rp 5,6 triliun. Jumlah pelanggan yang bertransaksi di rumah juga meningkat 11% yoy, karena ada Covid-19.
Konsumen pun semakin aktif menggunakan fitur hiburan yang ada pada platform e-commerce. Nielsen mencatat, penggunaan siaran langsung alias live streaming naik 10% dan gim 8% yoy.
Dari sisi waktu transaksi, dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Pelanggan yang paling banyak berbelanja yakni usia 15-24 tahun, sebanyak 36%. Disusul oleh kelompok 25-34 tahun 34%. Kemudian 35-44 tahun porsinya 19% dan sisanya di atas 45 tahun.
Sedangkan layanan pembayaran yang paling banyak digunakan yakni dompet digital seperti GoPay, OVO, dan ShopeePay. Rinciannya dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengatakan, peningkatan transaksi di tengah pandemi menunjukkan bahwa sektor e-commerce bisa menjadi pendorong pemulihan ekonomi nasional. "Ini menumbuhkan optimisme bahwa ekonomi digital berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi," katanya
Namun, survei dari SurveySensum menunjukkan bahwa 52% konsumen berencana mengurangi anggaran belanja hingga 14% selama libur akhir tahun. "Mayoritas berada dalam situasi keuangan yang lebih buruk pada tahun ini," kata CEO SurveySensum & NeuroSensum Rajiv Lamba dikutip dari siaran pers, Selasa (22/12).
Sebanyak 77% konsumen di Indonesia mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi. Tabungan sekitar 67% pun turun.
Namun, Tokopedia mencatat bahwa penjualan parsel, kue, dan produk terkait Natal tetap meningkat. “Ada peningkatan transaksi produk terkait Natal hampir tiga kali lipat,” kata External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya dikutip dari siaran pers, Rabu (23/12).