Bisnis Keuangan Grab Tumbuh 40% dan Raih Investasi Rp 4,2 Triliun
Grab Financial Group (GFG) mengklaim pendapatan tumbuh 40% secara tahunan (year on year/yoy) pada tahun lalu. Anak usaha Grab di bidang keuangan ini pun meraih pendanaan seri A US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,2 triliun, yang dipimpin oleh Hanwha Asset Management Korea Selatan.
Investor lain yang terlibat dalam putaran pendanaan yakni K3 Ventures, GGV Capital, Arbor Ventures, dan Flourish Ventures. “Kami menggalang dana khusus untuk GFG karena terlepas dari pertumbuhan bisnis yang kuat, kenyataannya jutaan orang dan bisnis kecil masih kekurangan akses yang terjangkau dan transparan ke layanan keuangan,” kata Senior Managing Director GFG Reuben Lai dikutip dari siaran pers, Kamis (14/1).
Decacorn Singapura itu mengklaim, pendapatan melonjak karena masyarakat Asia Tenggara beralih ke transaksi digital selama pandemi corona. Jumlah pengguna bulanan produk investasi, AutoInvest misalnya, naik hampir dua kali lipat pada Desember 2020.
Penawaran produk asuransi juga tumbuh, dengan pengguna aktif bulanan meningkat empat kali lipat menjadi lebih dari 4,5 juta dalam tiga bulan. Perusahaan pun mendistribusikan lebih dari 70 juta polis asuransi sejak diluncurkan April 2020 lalu.
Grab Financial Group mencatat, potensi pendapatan dari bisnis keuangan di Asia Tenggara mencapai US$ 60 miliar pada 2025. Sedangkan proyeksi Google, Temasek, dan Bain and Company dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:
“Kami dengan senang hati memanfaatkan keahlian investor terbaik yang memahami layanan keuangan dan fintech, sehingga kami dapat terus memberdayakan masa depan industri finansial untuk masyarakat dan bisnis di Asia Tenggara. Dengan cara ini, kami dapat memanfaatkan momentum yang ada untuk memberikan nilai sekaligus memastikan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan,” ujar Ruben.
CEO Hanwha Asset Management Yong Hyun Kim berharap GFG melanjutkan pertumbuhan, dengan dukungan model bisnis inovatif, yang mendukung perubahan gaya hidup konsumen. “Kami sangat senang memimpin pendanaan seri A untuk GFG sebagai bagian dari keahlian dan minat Hanwha di bidang fintech dan investasi yang berkelanjutan di sektor ini,” ujarnya.
Grab Financial Group berdiri pada 2018. Perusahaan ini menyediakan layanan investasi mikro, pembayaran, asuransi, serta pinjaman untuk pedagang, konsumen, dan pengemudi.
Anak usaha Grab itu disebut-sebut mencari pendanaan sejak awal 2020. Saat itu, kabarnya dana segar akan digunakan untuk memperkuat merek, sehingga bisa beroperasi secara mandiri.
Pendanaan itu diraih di saat Gojek dikabarkan mengkaji merger dengan Tokopedia. Ini setelah sebelumnya decacorn Indonesia itu disebut-sebut berdiskusi rutin dengan Grab terkait konsolidasi sejak pertengahan tahun lalu.
Gojek dan Grab disebut-sebut sepakat untuk membentuk entitas gabungan pada Desember lalu. Namun, sumber Bloomberg menyampaikan bahwa pembicaraan kesepakatan antara kedua decacorn menemui jalan buntu.
CEO Grab Anthony Tan terus menolak tekanan dari SoftBank Group Corp untuk menyerahkan sebagian kendali atas entitas gabungan kepada Gojek. CEO SoftBank Masayoshi Son dikabarkan kehilangan kesabaran akibat lamanya diskusi merger kedua decacorn ini.
“Sekarang Son mendukung merger antara Gojek dan Tokopedia,” demikian kata sumber Bloomberg dikutip pekan lalu (5/1). SoftBank merupakan investor Grab dan Tokopedia.