4 Tantangan Pemerataan Daya Saing Digital Antarprovinsi di Indonesia
Riset East Ventures dan Katadata Insight Center bertajuk East Ventures Digital Competitive Index (EV DCI) 2021 menunjukkan daya saing digital antarprovinsi di Indonesia semakin merata. Namun, ada empat tantangan yang masih harus diatasi.
Co-Founder sekaligus Managing Partner East Ventures Willson mengatakan, skor median indeks daya saing digital antarprovinsi di Indonesia meningkat dari 27,9 pada 2020 menjadi 32,1 tahun ini. "Namun, masih ada ketimpangan (gap),” katanya dalam acara Katadata Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2021, Selasa (23/3).
Hal itu karena skor input digital yang lebih besar ketimbang output. Ia mencontohkan Jawa Barat.
Input dalam hal ini seperti sumber daya manusia (SDM), penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan pengeluaran untuk layanan TIK. Sedangkan output berupa perekonomian, kewirausahaan dan produktivitas, serta ketenagakerjaan.
Berdasarkan data itu, Willson menilai ada empat tantangan dalam pemerataan digital antarprovinsi di Tanah Air. Pertama, penyediaan talenta digital.
"Dalam mengatasi kesenjangan digital, membangun edukasi dan talenta digital itu penting," ujar Willson.
Ia mengibaratkan pembangunan sektor digital di daerah seperti membangun jalan. Kendaraan diumpamakan sebagai beragam platform digital. Supaya platform tetap melaju, butuh layanan seperti bengkel.
"Bengkel itulah talenta digital. Dengan adanya ini, teknologi digital bisa sampai ke seluruh pelosok," ujar dia.
Sedangkan riset Amazon Web Services, Inc. (AWS) dan firma konsultan bidang strategi dan ekonomi, AlphaBeta menunjukkan, hanya 19% dari seluruh angkatan kerja di Indonesia yang mempunyai keahlian di bidang digital. Padahal, Nusantara butuh 110 juta talenta digital baru untuk mendukung ekonomi pada 2025.
McKinsey dan Bank Dunia juga memperkirakan, Indonesia kekurangan sembilan juta pekerja digital hingga 2030. Ini artinya, ada kebutuhan 600 ribu pegiat digital per tahun.
Tantangan kedua yakni mencari keunikan daerah masing-masing. Ini agar pengembangan ekosistem digital di daerah bisa sesuai dengan keunikan tersebut.
"Jangan sampai, keunikan suatu daerah bukan pariwisata, tapi memaksakan diri membangun ekosistem terkait dengan pariwisata," ujar Willson.
Ia mencontohkan Kepulauan Riau yang dekat dengan Singapura. Pemerintah bekerja sama dengan Negeri Jiran ini untuk membangun Nongsa Digital Park di Batam pada 2019.
Hasilnya, berdasarkan riset EV DCI 2021, skor daya saing digital di Kepulauan Riau meningkat tiga poin menjadi 43. Provinsi ini pun menempati peringkat ketujuh. Peningkatan itu ditopang oleh skor kewirausahaan dan produktivitas, serta sumber daya manusia (SDM). Begitu juga dengan skor penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Tantangan ketiga yakni penyediaan infrastruktur digital. Ia mengibaratkan ini sebagai kualitas jalan yang dipakai oleh platform digital. "Apabila jalannya mulus, maka dia bisa bergerak cepat. Kalau berlubang, geraknya lambat," ujarnya.
Meski begitu, menurut Willson, infrastruktur digital semakin merata saat ini. Berdasarkan riset EV DCI 2021, skor infrastruktur digital Tanah Air naik 7,5 poin menjadi 54,3.
Indikator yang menopang yakni peningkatan rasio desa yang mendapatkan sinyal 3G dan 4G. Begitu juga dengan rasio rumah tangga yang memiliki sambungan telepon tetap, serta tingkat gangguan listrik.
Apalagi, pemerintah sejak tahun lalu menargetkan 9.113 desa dan kelurahan terakses 4G selama 2020-2022. Sebanyak 1.200 selesai dibangun pada tahun lalu. Sebanyak 4.200 bakal dikebut tahun ini. Kemudian sisanya akan diselesaikan pada 2022.
Tantangan keempat yaitu ketersediaan modal atau pembiayaan. "Kalau ada akses in flow capital, saya yakin input dan output ketemu," ujarnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pemerintah memprioritaskan APBN untuk membiayai pembangunan infrastruktur digital. "Ini untuk membiayai internet yang terjangkau, serta untuk meningkatkan kemampuan SDM,” katanya saat wawancara dengan tim EV-DCI 2021, dikutip dari laporan tersebut.
(Disclaimer: East Ventures adalah salah satu investor Katadata)
The pandemic has led Indonesia to revisit its roadmap to the future. This year, we invite our distinguished panel and audience to examine this simple yet impactful statement:
Reimagining Indonesia’s Future
Join us in envisioning a bright future for Indonesia, in a post-pandemic world and beyond at Indonesia Data and Economic Conference 2021. Register Now Here!