Indonesia dan Asia Tenggara Banjir Unicorn Baru saat Pandemi, Mengapa?

Desy Setyowati
25 Oktober 2021, 17:27
startup, unicorn, pandemi corona, konglomerat, bumn
Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2019.

Ada 15 unicorn baru di Asia Tenggara sejak awal tahun ini, berdasarkan laporan Asia Nikkei Review. Di Indonesia, ada empat startup baru yang memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar saat pandemi corona.

Keempatnya yakni J&T Express, OnlinePajak, Ajaib, dan Xendit. Nama OnlinePajak sempat masuk lis CB Insights bertajuk 'The Complete List of Unicorn Companies', tetapi belakangan menghilang.

Dengan begitu, Indonesia kini memiliki delapan unicorn termasuk Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, OVO. Selain itu, ada satu decacorn atau valuasi di atas US$ 10 miliar yaitu Gojek.

Selain itu, ada tiga startup yang mengklaim dan dikabarkan sudah berstatus unicorn yakni Kredivo, Blibli, dan Tiket.com.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan, siklus startup menjadi lebih cepat saat ini. Menurutnya, percepatan ini bukan karena pandemi corona.

Timing siklus ini terkait maturity dari sektor dan perjalanan startup yang bersangkutan dari sisi traction dan fase milestones,” katanya kepada Katadata.co.id, pekan lalu (15/10). Ia pun memperkirakan ada lebih banyak unicorn lahir di Indonesia.

Selain itu, kematangan pasar di setiap sektor bakal mendorong startup untuk mencatatkan saham perdana alias IPO. “Maturity dan siklus sudah masuk ke tahap yang siap IPO,” ujar Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital itu. “Dan digital sektor masih terus tumbuh dalam lima sampai 10 tahun ke depan.”

Di Asia Tenggara, kini total ada 27 unicorn. Momentum Asia melaporkan, kemungkinan ada 20 hingga 30 unicorn baru yang belum diumumkan. Sedangkan Asia Nikkei Review melaporkan, banyaknya unicorn yang lahir berarti investor membeli saham baru dengan harga lebih tinggi.

DealStreetAsia melaporkan, pendanaan ke startup Asia Tenggara mencapai US$ 17,2 miliar dalam sembilan bulan terakhir. Nilainya lebih dari dua kali lipat dibanding total sepanjang 2020 yang hanya US$ 8,5 miliar.

Sebelumnya, Bloomberg melaporkan bahwa konglomerat di Asia Tenggara gencar menggandeng modal ventura atau menyuntik langsung startup. Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga semakin masif berinvestasi di perusahaan rintisan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...