Data Pengguna Bocor, E-commerce Disarankan Adaptasi Blockchain

Fahmi Ahmad Burhan
8 Mei 2020, 22:21
 e-commerce, bukalapak, tokopedia, kebocoran data, blockchain
ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
Ilustrasi. Penyimpanan data pengguna di e-commerce saat ini menggunakan teknologi sentralisasi yang sudah terbukti rentan bocor.

"Identitas yang tersimpan di blockchain sulit dibaca pembobol, tapi mudah diverifikasi pemilik," kata Damos.

Meski begitu, CEO proyek blockchain lokal Vexanium Danny Baskara mengatakan adopsi blockchain di Indonesia masih sangat baru. Ia memperkirakanadopsi blockchain hingga menyasar e-commerce di Tanah Air membutuhkan waktu hingga 10 tahun. "Usecase-nya masih butuh waktu," ujar dia.

(Baca: Vexanium x Codepolitan Webinar : Membuat Smart Contract di Blockchain)

Adapun Head of Business Development of Indonesia Blockchain Technology Isybel Harto menjelaskan, pemanfaatan blockchain secara global hingga kini masih didominasi  transaksi cryptocurrency sebesar 60%. Sementara 40% sisanya dimanfaatkan mulai dari layanan bisnis, keuangan, infrastruktur, dan sebagainya. 

Ia mengatakan, adopsi blockchain harus dilakukan secara bertahap dari sekarang.  Dalam 10 tahun yang akan datang, blockchain akan menjadi tantangan bagi aplikasi yang berkembang saat ini. "10 tahun lagi blockchain bisa ganti OVO dan GoPay untuk sistem pembayaran," kata Isybel. 

Teknologi blockchain memang diprediksi memiliki potensi untuk meraup pendapatan dari pasar global. Proyeksinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2023, blockchain diproyeksikan bernilai US$ 23,2 miliar.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...