Bukalapak IPO, Tokopedia Kian Gencar Bidik Warung dan Pasar Luar Jawa
Saat ini, Tokopedia menggaet 11 juta penjual yang hampir seluruhnya merupakan Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Selain Tokopedia, Bukalapak gencar menggaet warung dan konsumen di luar Jawa. Berdasarkan mini expose Bukalapak yang diperoleh Katadata.co.id pada akhir Juni, unicorn itu mengklaim bahwa pangsa pasar warung digitalnya 39% di Indonesia.
Total nilai proses bisnis atau total processing value (TPV) mitra agen dan warung rerata tumbuh 105% per tahun sejak 2018 atau lebih tinggi dibanding lini marketplace. “Rerata penjualan mitra tumbuh tiga kali lipat sejak bergabung,” demikian dikutip dari mini expose Bukalapak.
Rincian pertumbuhan TPV Mitra per tahun, serta transaksi yang paling banyak dilakukan di agen dan warung, dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Kontribusi Mitra terhadap pendapatan Bukalapak juga melonjak dari Rp 74 miliar pada 2019 menjadi Rp 199 miliar tahun lalu. Ini berasal dari komisi atas penjualan pedagang dan prinsipal Fast Moving Consumer Good atau FMCG.
Sejalan gencar menyasar warung, Bukalapak berfokus menggarap pasar di luar tingkat (tier) satu. Kota tingkat dua yang diincar seperti Yogyakarta, Manado, Solo, Palembang, dan Pekanbaru.
Grab dan Emtek pun menggaet Bukalapak untuk menyasar pasar di luar Jawa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk yang tinggal di kota tier dua dan tiga mencapai 90% dari total populasi.
Namun, nilai transaksi atau gross merchandise value (GMV) e-commerce di wilayah itu hanya 30% dari total. Ini artinya, mayoritas transaksi e-commerce masih didominasi oleh penduduk di kota metropolitan atau tier satu.
Riset Alpha JWC Ventures dan Kearney berjudul ‘Unlocking the next wave of digital growth: beyond metropolitan Indonesia’ pun menunjukkan, pertumbuhan ekonomi digital di kota tier dua dan tiga diperkirakan naik lima kali lipat dalam lima tahun ke depan.