Twitter Beri ‘Sanksi’ Cuitan dan Cabut Hak Istimewa Trump pada 2021

Fahmi Ahmad Burhan
9 November 2020, 11:03
Twitter Beri ‘Sanksi’ Cuitan dan Cabut Hak Istimewa Trump pada 2021
ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria/WSJ/dj
Presiden AS Donald Trump terpantul di kaca saat meninggalkan ruangan setelah memberikan keterangan media mengenai hasil pemilu presiden 2020 di Ruang Pengarahan Media Bradi di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Kamis (5/11/2020).

Sejumlah media internasional melaporkan bahwa Joe Biden menang pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS). Setelah pengumuman, Twitter pun akan mencabut hak istimewa Donald Trump pada Januari 2021.

Twitter memang menerapkan kebijakan khusus bagi para pemimpin dunia dan beberapa pejabat, yang berlaku sejak tahun lalu. Hak istimewa yang dimaksud yakni membiarkan adanya konten yang melanggar aturan, jika memuat nilai kepentingan publik.

"Pendekatan Twitter terhadap para pimpinan dunia, kandidat, dan pejabat publik berdasarkan prinsip bahwa orang harus dapat memilih untuk melihat apa yang dikatakan pemimpin mereka dengan konteks yang jelas," kata juru bicara Twitter dikutip dari The Verge, akhir pekan lalu (7/11).

Kini, beberapa media internasional seperti CNN Internasional, CBS News, dan NBC News melaporkan bahwa Joe Biden menang melawan Trump dalam pilpres AS 2020. Meski belum diumumkan secara resmi, Twitter mengonfirmasi akan mencabut hak istimewa Trump pada 20 Januari 2021.

Dengan begitu, akun pribadi Trump @realDonaldTrump dan yang khusus seperti @WhiteHouse, @POTUS, dan @FLOTUS akan sama dengan pengguna lainnya. "Kebijakan (hak istimewa) ini berlaku bagi para pemimpin dunia saat ini yang menjabat. Bukan warga negara ketika mereka tidak lagi memegang posisi itu," kata juru bicara Twitter.

Selain itu, Twitter masih memberikan ‘sanksi’ berupa label pada beberapa cuitan Trump saat menjabat presiden AS. Pada Sabtu (7/11) kemarin misalnya, kandidat petahana ini mengklaim telah memenangkan pilpres AS 2020. Cuitan ini muncul beberapa jam setelah sejumlah media melaporkan Biden yang menang.

Dalam cuitan tersebut, Trump juga mempertanyakan integritas terkait pemungutan suara. Ia menuduh ada kecurangan dalam proses pemilihan, tetapi tidak menunjukkan buktinya.

"Saya memenangkan pemilihan dengan mendapat 71 juta suara," kata Trump melalui akun Twitter pribadinya @realDonaldTrump, Sabtu (7/11). Unggahan ini ditandai oleh Twitter.

Sebelumnya, Twitter juga menandai kicauan Trump karena dianggap memberikan informasi menyesatkan tentang pemilu. Cuitan itu berbunyi, "puluhan ribu suara diterima secara ilegal setelah pukul 8 malam pada Selasa. Itu mengubah hasil secara total di Pennsylvania dan beberapa negara bagian lainnya," kata Trump. 

Twitter juga menandai beberapa unggahan Trump yang merujuk beberapa sumber. Kandidat petahana itu mengunggah potongan video dari televisi seperti pendapat politisi Partai Republik Jim Jordan yang mengklaim bahwa orang-orang AS menuntut transparansi.

Setidaknya Twitter telah menandai selusin cuitan Trump terkait pilpres. Pada Jumat (6/11), uanggahan Trump yang ditandai berbunyi “hentikan penipuan”.

Perusahaan pengembang platform media sosial itu juga memberikan label bertuliskan, “beberapa atau semua konten yang dibagikan di Tweet ini disengketakan dan mungkin menyesatkan tentang pemilu atau proses sipil lainnya” pads cuitan Trump itu.

Sebelum pilpres, beberapa cuitan Trump juga ditandai oleh Twitter. Pada Mei lalu (26/5), presiden AS itu mengunggah konten mengenai penggunaan surat suara akan menyebabkan manipulasi pilpres AS.

"Kotak surat akan dirampok. Surat suara akan dipalsukan, bahkan dicetak secara ilegal dan ditandatangani secara curang," tulis Trump melalui akun Twitter-nya @realDonaldTrump, Mei lalu (26/5). Saat itu, Trump menuduh Twitter mencampuri urusan pilpres AS 2020, karena menandai cuitannya.

Selain itu, Twitter juga memeriksa cuitan Trump terkait tuduhannya terhadap mantan Anggota Kongres dari Florida Joe Scarborough. Trump menuduh Scarborough bertanggung jawab atas pembunuhan anggota staf kongres Lori Klausutis yang bekerja untuk Scarborough pada 2001.

Saat itu, pemeriksa medis menyimpulkan Klausutis pingsan karena kondisi jantung yang tidak terdiagnosis dan kepalanya terbentur saat akan menuruni jalan. Tidak ditemukan bukti adanya pelanggaran dari kematian Klausutis. Scarborough berada di Washington ketika Klausutis meninggal di Florida. 

Namun, kicauan Trump menghidupkan kembali teori tak berdasar bahwa Scarborough diduga terlibat dalam kematian Klausutis. "Kasus dingin dari psycho Joe Scarborough," kata Trump dalam cuitannya, Mei lalu (26/5).

Juru bicara Twitter mengatakan, konten yang ditandai sejalan dengan kebijakan integritas sipil perusahaan. Sekalipun memiliki hak istimewa, perusahaan tetap akan memberikan ‘sanksi’ pada cuitan yang melanggar beberapa ketentuan, seperti mempromosikan terorisme, ancaman kekerasan langsung terhadap seseorang, dan mengunggah informasi pribadi.

Selain itu, cuitan pemimpin dunia bisa ditandai atau bahkan dihapus apabila memuat foto atau video intim tanpa persetujuan subjek. Selain itu, berkaitan dengan seksual anak dan eksploitasi, atau mendorong tindakan menyakiti diri sendiri. 

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...