Transaksi Wisatawan Muslim Muda Diperkirakan Rp 2.700 Triliun di 2026
“Wisatawan muslim menghabiskan lebih banyak waktu untuk meneliti dan membandingkan informasi online sebelum akhirnya memilih dan membayar pengalaman perjalanan ideal mereka,” ujarnya.
Berkaca dari data tersebut, Mastercard bekerja sama dengan mitra-mitra yang memiliki pemikiran sama menciptakan penawaran khusus di berbagai bidang kepada konsumen. Mastercard juga melihat adanya peningkatan dalam penggunaan pembayaran non-tunai dan digital melalui opsi prabayar dan debit sebagai metode pembayaran elektronik.
“Metode ini dianggap lebih aman, nyaman, dan dapat diandalkan untuk memberi ketenangan selama bepergian,” katanya.
Secara keseluruhan, laporan yang dirilis pada April 2018 lalu ini menegaskan, bahwa pasar perjalanan muslim bisa mencapai US$ 300 miliar atau Rp 4.500 triliun pada 2026. Itu artinya, transaksi Generasi Milenial dan Z menyumbang 60% dari total yang dikeluarkan wisatawan muslim pada 2026. Adapun wisatawan muslim diperkirakan mencapai 131 juta orang secara global pada 2017.
Berdasarkan GMTI 2018, 30 Outbound Market Muslim teratas mewakili 90% kedatangan wisatawan muslim secara keseluruhan. Studi ini mempelajari lanskap pemberdayaan digital (Digitally Enabled) dari negara-negara tersebut untuk memahami potensi transaksi-transaksi digital. Destinasi-destinasi wisata ini terbagi menjadi beberapa kelompok berbeda berdasarkan ukuran pasar dan akses digital.
Kelompok APasar outbond besar dengan tingkat pemberdayaan digital tingkat tinggi | Arab Saudi, Malaysia, Uni Emirat Arab | Populasi Muslim besar dengan PDB per kapita yang tinggi memungkinkan lebih banyak wisatawan dari ketiga negara ini untuk melakukan perjalanan internasional. |
Kelompok BTingkat pemberdayaan digital yang tinggi tetapi pasar outbond yang lebih kecil | Negara-negara OKI: Kuwait, Qatar, Libanon, Tunisia, Azerbaijan, KazakhstanNegara-negara Non-OKI: Britania Raya, Jerman, Perancis, Singapura, Rusia | Negara-negara ini penduduknya digital savvy , tetapi populasinya lebih kecil dibandingkan negara-negara di Kelompok A |
Kelompok CTingkat pemberdayaan digital yang baik tetapi pasar outbond yang lebih kecil | Oman, Albania, Maroko, Cina | Negara-negara ini memiliki infrastruktur digital yang baik, tetapi jumlah populasi wisatawan Muslim yang berwisata internasional relatif kecil. |
Kelompok DNegara-negara berkembang yang tengah bertumbuh dengan tingkat pemberdayaan digital yang tumbuh cepat | Turki, Indonesia, Mesir, Iran | Meski mungkin belum memiliki infrastruktur digital yang luas, para pelaku bisnis dapat mulai membidik pasar ini untuk prospek jangka menengah dan panjang. |