Pemerintah dan Korporasi Perlu Tangkal Efek Negatif Disrupsi Teknologi

Asep Wijaya
29 September 2017, 11:06
Model Popular di BEI
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Pemerintah diharapkan menangkal dampak negatif disrupsi teknologi.

Selain pekerjaan teller, fungsi seorang analis di perbankan diprediksi akan tergantikan oleh proses digital seperti pemanfaatan big data atau artificial intelligence. Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Achmad Baiquni menyebut banyak proses kerja bank dilakukan menggunakan business engineering seperti, big data. “Mungkin keberadaan analis di perbankan sudah tidak (diperlukan)."

Kebijakan pembayaran nontunai juga menyimpan ancaman akan hilangnya posisi pekerjaan sebagai penjaga pintu tol. Pengoperasian Gerbang Tol Otomatis (GTO), menurut Direktur SDM PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Kushartanto Koeswiranto, menuntut perusahannya mengikuti perkembangan teknologi.

Ia bahkan memprediksi lowongan pekerjaan di perusahaannya akan menyempit di masa depan. "Sekarang kami juga (berubah) dari labour intensive, sekarang lebih ke digital intensive," katanya.

Menurut Sanjay, fenomena ini akan membahayakan kondisi nasional yang terus mengalami bonus demografi. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah populasi Indonesia tercatat terus meningkat tiap tahun. Pada 2015, penduduk Indonesia berjumlah 255 juta dan diprediksi akan bertambah menjadi 271 juta pada 2020 dan 305 juta pada 2035.

Bila kondisi ini dibiarkan apalagi ditambah dengan potensi berkurangnya lapangan kerja akibat disrupsi teknologi, bonus demografi ini malah akan menjadi beban negara. Jadi, dia melihat pentingnya mendiskusikan jenis pekerjaan baru lain untuk menampung angkatan kerja ini.

Advisory Board Chairman of Mandiri Institute Chatib Basri menyarankan pemerintah meningkatkan kesadaran dan kepekaan mengantisipasi kondisi ini. Ia merujuk pada teknologi yang kian bertumbuh dan menggantikan pekerjaan yang biasa dilakukan manusia.

Akibat situasi itu, lapangan pekerjaan akan semakin sempit, daya saing antar individu semakin ketat, dan potensi pengurangan jumlah karyawan perusahaan pun meningkat. Dampak lanjutannya, tingkat pengangguran akan semakin tinggi.

Kondisi ini, menurut Chatib, dialami oleh seluruh negara di dunia. Untuk itu ia berharap pemerintah dapat berperan dengan membuat regulasi yang fleksibel untuk mengatasi tantangan dari disrupsi teknologi ini.

Halaman:
Reporter: Asep Wijaya
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...