Dua Bos Unicorn Sarankan Startup Tak Alergi dengan Investor Asing

Image title
19 Agustus 2019, 07:36
Tokopedia
Dok: Tokopedia
Tokopedia merupakan salah satu startup lokal yang telah berstatus unicorn.

Chief Executive Officer (CEO) Bukalapak Achmad Zaky dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya berbicara soal investasi asing ke perusahaan rintisan (startup) di Indonesia. Kedua unicorn itu menilai, startup tak perlu alergi terhadap suntikan modal asing, khususnya untuk pengembangan bisnis awal.

Achmad Zaky mengisahkan, pada awal berdirinya Bukalapak, dirinya kerap mencari investor lokal yang mau menyuntik dana sedikitnya Rp 100 juta untuk membeli server.

(Baca: Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak Bantah Jadi Unicorn Singapura)

Sayangnya, beberapa kali menawarkan, tidak ada investor lokal yang mau berinvestasi di Bukalapak saat itu. Tapi kemudian muncul angin segar dari salah satu perusahaan Jepang yang berminat menyuntikkan modal  bahkan berkali-kali lipat dari yang ia butuhkan. Investor Jepang itu pun tertarik dan telah melihat bisnis tersebut berpeluang berkembang. 

"Mereka (Jepang) malahan yang mau tertarik dan percaya dengan kemampuan anak bangsa," kata Zaky di depan peserta Ignite the Nation Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Satu Indonesia, Istora Senayan, Jakarta, Minggu (18/8).

Zaky mengatakan, sepuluh tahun ke belakang merupakan periode edukasi bagi perusahaan startup. Maka tak heran, pada awal berkembangnya startup, investor pertama yang mempercayakan modalnya untuk perusahaan ini merupakan perusahaan asing.

Berbeda dengan kondisi saat ini sudah banyak investor lokal mulai percaya dengan startup karena sudah banyak yang mendalami model bisnis ini.

Ditambah lagi dengan beberapa pendiri startup Indonesia saat ini sudah menyandang status unicorn. Sehingga jika kelak mereka menjual kepemilikan sahamnya, para unicorn ini bisa saja berinvestasi lagi di startup lokal. "Makin lama, makin banyak startup yang diinvestasi oleh ex-entrepreneur lain. Tinggal menunggu waktu saja," kata Zaky.

Karena itu, dia berharap pelaku usaha rintisan tak menutup diri dengan investor asing yang datang. Apalagi jika suntikan modal itu ditujukkan bagi pengembangan bisnis. "Ambil semua kalau bisa. Sepuluh tahun lagi, kalau sudah jual perusahaan, bisa investasi lagi ke startup next generation lagi," katanya.

Pada kesempatan yang sama, William Tanuwijaya menegaskan, persaingan bisnis startup maka tidak bisa sekedar mengandalkan nasionalisme, melainkan harus bisa bersaing dengan kualitas. "Karena kita menggunakan aplikasi karena kualitas, bukan dari negara mana," kata William.

Dia mencontohkan Tiongkok, yang mana negara tersebut menutup diri masuknya aplikasi dari luar negeri tapi membuka pintu sebesar-sebarnya masuknya investasi asing ke perusahaan lokal.

Alibaba pada saat awal berdiri juga kebanyakan investornya datang dari Jepang dan Amerika Serikat. Yang mana secara ideologi kedua negara tersebut sangat jauh berbeda dengan Negeri Tirai Bambu.

Pemerintah Tiongkok pun membuka pintu investasi asing seluas-luasnya untuk perusahaan lokal. Tujuannya, agar banyak lapangan kerja dalam negeri terbuka, termasuk memulangkan orang-orang yang berprestasi di luar negeri untuk kembali ke dalam negeri untuk mengembangkan bisnis.

(Baca: Jurus Jitu Menangkap Peluang di Era Ekonomi Digital)

Sehingga, para pengusaha muda yang baru membangun bisnis, menurutnya harus mulai berlomba-lomba mencari pendanaan, meskipun itu berasal dari investor asing. 

"Tapi kalau sehari-harinya kita memaki pemerintah, memaki orang-orang Indonesia yang sedang berusaha membangun Indonesia lewat uang yang tidak mengenal kewarganegaraan, maka kita sudah durhaka kepada Tanah Air," kata William disambut riuh peserta yang datang.

(Baca: Bos Softbank Group Janji Investasi Besar-besaran di Indonesia)

Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Ekarina

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...