AirAsia Tantang Traveloka, Gojek, Grab dengan Mengembangkan SuperApp

Desy Setyowati
23 September 2020, 15:35
AirAsia Tantang Traveloka, Gojek, Grab dengan Mengembangkan SuperApp
Aleksandr Khakimullin/123rf
Ilustrasi

Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019 memperkirakan, nilai transaksi (gross merchandise value/GMV) sektor berbagi tumpangan di Indonesia mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 83,8 triliun tahun lalu. Nilainya diprediksi melonjak menjadi US$ 18 miliar pada 2025.

Sedangkan di Asia Tenggara, transaksinya diproyeksikan mencapai US$ 12,7 miliar tahun lalu. Rinciannya, US$ 5,2 miliar dari pesan-antar makanan dan US$ 7,5 miliar dari transportasi.

Google, Temasek dan Bain memperkirakan porsi pesan-antar makanan dan transportasi menjadi 50:50 pada 2025.

Selain itu, Tony ingin menyediakan layanan kesehatan berbasis platform digital. AirAsia akan bersaing lagi dengan Gojek dan Grab yang menghadirkan layanan serupa melalui GoMed dan GrabHealth.

Kedua decacorn itu bekerja sama dengan startup kesehatan, yakni Halodoc dan Good Doctor.

Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara sempat menyampaikan, layanan kesehatan digital sangat potensial. Apalagi pemerintah berkomitmen menggelontorkan 5% dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk sektor kesehatan.

AirAsia juga akan merambah sektor keuangan. Perusahaan memiliki BigPay yang diluncurkan pada 2018 lalu.

Layanan itu memungkinkan pengguna mengirim, meminjam uang, atau membayar tanpa harus transfer dari bank. Konsumen juga dapat memilih mata uang asing yang ingin dipakai.

Perusahaan juga ingin menyediakan layanan pinjam-meminjam atau teknologi finansial pembiayaan (fintech lending).

Di sektor keuangan, AirAsia juga sudah mengajukan lisensi bank digital di Singapura. Maskapai penerbangan ini akan bersaingan dengan Grab yang meminta izin serupa di Negeri Singa.

Berdasarkan kajian Google, Temasek dan Bain pada tahun lalu, nilai dari layanan keuangan digital di Asia Tenggara diproyeksi US$ 38 miliar sampai US$ 60 miliar (Rp 554,2 triliun-Rp 875 triliun) per tahun pada 2025. Perhitungan ini mencakup bank, Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP), asuransi, manajemen aset hingga fintech.

Secara spesifik, nilai bisnis sektor pembayaran digital di regional diperkirakan melebihi US$ 1 triliun pada 2025.

Tony tidak memerinci dana yang dibutuhkan untuk membangun aplikasi super tersebut, maupun asalnya. Ia hanya menjelaskan bahwa platform ini sudah dikaji perusahaan jauh-jauh hari, sebelum adanya pandemi virus corona.

“Jika orang bertanya, ‘bagaimana Anda bisa bersaing dengan Grab dan Gojek?’ Pertama, ini tentang persaingan pasar di masa lalu, dan kami hanya mengambil permukaannya saja. Kedua, kami memiliki cara sendiri dalam melakukan sesuatu,” ujar Tony.

Perusahaan akan mengandalkan basis data internal, dengan sekitar 60-70 juta pelanggan dan 30 juta konsumen yang masuk program loyalitas. AirAsia berkantor pusat di Malaysia, dengan anak perusahaan di Thailand, Indonesia, Filipina, India, dan Jepang.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...