Lima Sektor Startup di Indonesia Jadi Incaran Investor Tahun Ini

Fahmi Ahmad Burhan
19 Januari 2021, 17:31
Lima Sektor Startup Diminati Investor pada Tahun Ini
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Pengunjung melihat alat teknologi robot pada Pameran Inovator Inovasi Indonesia Expo (I3E) 2019 di Jakarta Convention Center, Kamis (3/10/2019).

Co-Founder sekaligus Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahkan, sektor pendidikan dan kesehatan juga diminati investor pada 2021. "Melalui edtech semua orang dapat mengakses pendidikan hanya dengan ponsel," katanya.

Sedangkan, healthech masih menjadi andalan masyarakat dalam memenuhi layanan kesehatan jarak jauh atau telemedicine.

Hal senada disampaikan oleh Wakil Ketua I Asosiasi Modal Ventura untuk Startup lndonesiaq (Amvesindo) William Gozali. Ia mengatakan, healthtech diincar investor sepanjang masa pagebluk Covid-19.

Laporan Google, Temasek, dan Bain and Company pun menunjukkan, startup kesehatan dan pendidikan diminati oleh investor. Ini karena layanan di kedua sektor ini dibutuhkan selama pandemi corona.

Mereka mencatat, penggunaan layanan kesehatan digital meningkat empat kali lipat dibandingkan sebelum ada Covid-19. Sedangkan jumlah unduhan aplikasi pendidikan melonjak tiga kali lipat.

Meski begitu, beberapa studi memprediksi pendanaan pada startup akan menurun tahun ini meski modal tersedia atau dry powder cukup melimpah. 

CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, sebenarnya minat investor untuk berinvestasi di perusahaan rintisan tetap tinggi meski ada pandemi virus corona. “Namun harus mencari sektor yang relatif tangguh dalam situasi ini maupun tidak,” kata dia kepada Katadata.co.id, bulan lalu (7/12/2020).

Selain itu, investor mulai berfokus menanamkan modal pada startup yang memiliki jalur jelas untuk untung. “Investor juga banyak yang beralih ke later stage, karena mencari bisnis yang lebih stabil atau less risky alias sudah sudah teruji,” ujar dia.

Later stage adalah putaran pendanaan tingkat lanjutan seperti seri B ke atas. Pada tahapan ini, biasanya produk startup sudah diterima oleh pasar.

Hal itu tertuang dalam laporan Google, Temasek, dan Bain and Company bertajuk ‘e-Conomy 2020’. Studi ini menunjukkan bahwa 'dry powder’ di Asia Tenggara, termasuk private equity dan modal ventura, mencapai US$ 11,9 miliar pada 2019.

Google, Temasek, dan Bain and Company mencatat, investor masih memiliki modal yang cukup untuk berinvestasi. Namun, “sebagian besar mengadopsi pendekatan menunggu dan melihat alias wait and see,” demikian dikutip dari laporan tersebut.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...