Bidik Warung, Gojek – Bukalapak Hadapi Tiga Persoalan
Gojek, Grab, Tokopedia hingga Bukalapak menyasar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), termasuk warung. Namun, ada tiga persoalan yang harus mereka hadapi jika menyasar segmen ini.
Startup gencar menyasar UMKM, termasuk warung selama pandemi corona. Ini karena ada 15,3 juta UMKM yang beralih ke digital, berdasarkan data pemerintah.
Namun startup menghadapi tiga persoalan dalam menyasar segmen warung. Ketiganya yakni:
1. Rantai pasok (supply chain)
"Masalah yang biasa dihadapi UMKM sektor Fast Moving Consumer Goods (FMCG), mereka membutuhkan rantai pasok," kata CTO GudangAda Huan Yang dalam acara Wild Digital Indonesia 2021, Rabu (8/9).
Sedangkan menurut Huan, warung membutuhkan rantai pasok yang efisien. Dengan begitu, warung bisa mendapatkan kepastian ketersediaan barang dengan harga lebih murah.
"Salah satu caranya, mengandalkan online channel," katanya.
2. Akses permodalan
CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan, masih banyak UMKM, termasuk warung yang kesulitan mendapatkan akses permodalan. Per tahun lalu, total kredit perbankan yang mengalir ke UMKM hanya sekitar 20%.
Menurutnya, harus ada layanan digital yang mendorong permodalan kepada warung. "Saya pikir banyak pengembangan dan pemain teknologi finansial (fintech) yang sudah memberikan solusi," ujar Adrian.
3. Infrastruktur dan logistik
Co-Founder sekaligus COO Shipper Budi Handoko mengatakan, warung membutuhkan biaya tambahan jasa antar untuk memenuhi kebutuhan barang. Biaya ini biasanya dibebankan ke konsumen.
Menurut Budi, perlu layanan online untuk mempermudah warung memenuhi kebutuhan stok.
Di Indonesia, startup skala unicorn dan decacorn seperti Gojek, Grab, Tokopedia, dan Bukalapak membidik warung selama pandemi corona. Unicorn merupakan sebutan untuk startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar, sementara decacorn US$ 10 miliar lebih.
Gojek meluncurkan platform GoToko dan menyediakan layanan model business to business (B2B). Layanan ini menghadirkan solusi usaha dari hulu ke hilir bagi para pemilik warung kelontong.
Grab lebih dulu menyediakan layanan seperti itu melalui GrabKios. Decacorn asal Singapura ini mengakuisisi startup digitalisasi warung, Kudo pada 2017, yang berubah nama menjadi GrabKios pada September 2019.
Bukalapak juga gencar menggaet warung. E-commerce bernuansa merah ini meluncurkan layanan Mitra Bukalapak pada 2016 dan sudah menggaet delapan juta mitra.
Sedangkan Tokopedia sudah menggandeng jutaan mitra warung.
Berdasarkan riset Euromonitor International, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina berbelanja di toko kelontong. Transaksinya mencapai US$ 479,3 miliar atau 92% dari total nilai pasar retail US$ 521 miliar pada tahun lalu, sebagaimana Databoks di bawah ini:
Sebelum ada pandemi corona, riset CLSA menunjukkan bahwa startup termasuk para unicorn bakal bertarung menggaet warung konvensional. Apalagi, pandemi mempercepat proses transformasi pola belanja masyarakat dari online ke offline (O2O).