Ekonomi Digital RI Diramal Rp 2.000 T, tapi Defisit Talenta Digital

Fahmi Ahmad Burhan
17 November 2021, 16:32
ekonomi digital, defisit talenta digital, infrastruktur, startup
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/AWW.
Warga mengamati aplikasi-aplikasi startup yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021).

Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2021 memperkirakan, nilai ekonomi digital Indonesia US$ 146 miliar atau sekitar Rp 2.080 triliun pada 2025. Namun ada tiga tantangan, yakni defisit talenta digital, regulasi data, dan infrastruktur.

Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf mengatakan, untuk mencapai potensi nilai ekonomi digital tersebut, Indonesia perlu menambah jumlah talenta digital. "Ini masih perlu ditingkatkan," katanya dalam konferensi pers virtual, Rabu (17/11).

Ia mencatat, pemerintah berupaya memenuhi kebutuhan 600 ribu talenta digital per tahun lewat beasiswa di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Namun, ia menilai pemerintah perlu melibatkan swasta untuk mengatasi tantangan ini.

Google sendiri telah membuat program pelatihan Bangkit guna mencetak talenta digital baru di Indonesia. Tahun ini, raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) itu melatih sekitar 2.250 mahasiswa Indonesia.

Selain talenta digital, Indonesia perlu meningkatkan inklusi digital. Di Asia Tenggara terdapat 75% masyarakat yang sudah terakses internet. "Masih ada 25% lagi yang belum. Ini yang mesti diperhatikan," ujarnya.

Tantangan lainnya yakni regulasi data dan infrastruktur digital. "Ini penting untuk memperkuat pertukaran data yang masif di era digital," katanya.

Sebelumnya, Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2021 memperkirakan, nilai ekonomi digital Indonesia US$ 70 miliar atau Rp 997 triliun tahun ini. Nilainya diprediksi melonjak menjadi US$ 146 miliar pada 2025 dan US$ 330 miliar pada 2030.

Prediksi transaksi ekonomi digital di Asia Tenggara
Prediksi transaksi ekonomi digital di Asia Tenggara (Google, Temasek, dan Bain & Company)

Proyeksi nilai ekonomi tersebut berdasarkan transaksi bruto alias gross merchandise value (GMV) lima sektor, yakni e-commerce, berbagi tumpangan (ride hailing) dan pesan-antar makanan, media digital, online travel, serta finansial.

"Sektor e-commerce mempunyai kontribusi terbesar di Indonesia," kata Associate Partner, Bain & Company Willy Chang.

Total nilai transaksi atau gross merchandise value (GMV) e-commerce pada 2021 mencapai US$ 53 miliar atau Rp 754 triliun. Sedangkan perkembangan transaksi sektor lainnya dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:

Proyeksi transaksi e-commerce, ojek online, online travel, media online, dan finansial di Indonesia pada 2021
Proyeksi transaksi e-commerce, ojek online, online travel, media online, dan finansial di Indonesia pada 2021 (Google, Temasek, dan Bain & Company)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...