500 Ribu Driver Ojol Akan Demo dan Offbid pada 20 Mei, Ini Daftar Tuntutan

Desy Setyowati
17 Mei 2025, 08:33
demo ojol, ojek online,
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ratusan pengemudi ojek online yang tergabung dalam Perkumpulan Rakyat Pengguna Dunia Transportasi atau PREDATOR berunjuk rasa di depan Balai Kota DKI Jakarta, pada Februari 2023
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Sebanyak 500 ribu pengemudi ojol, taksi online, dan kurir disebut-sebut bakal menggelar aksi offbid atau mematikan aplikasi massal dan berdemo pada 20 Mei. Mereka menuntut agar biaya komisi aplikator diturunkan menjadi 10% dan menghapus program argo goceng atau aceng.

Ketua Umum Gabungan Aksi Roda Dua Indonesia atau Garda Raden Igun Wicaksono menyebutkan estimasi total pengemudi ojol dan taksi online yang akan berunjuk rasa sekitar 500 ribu orang, baik yang hadir langsung maupun yang offbid.

Target utama driver ojol dan taksi online yang akan diajak berdemo pada 20 Mei yakni di kota Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Balikpapan, Makassar, Manado dan Ambon.

Ia menyampaikan ribuan pengemudi dari berbagai daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bandung, Cirebon, Karawang, Palembang, Lampung, dan Banten Raya akan turut hadir ke Jakarta.

Para pengemudi ojol dan taksi online yang akan berdemo pada 20 Mei berasal dari beberapa aliansi, seperti APOB, GOGRABBER, TEKAB, SAKOI dan GEPPAK organisasi Gerakan Putra Putri Asli Kalimantan, dan Serikat Pekerja Angkutan Indonesia atau SPAI.

Demo yang disebut AKSI 205 itu bakal berpusat di Istana Merdeka, Kementerian Perhubungan atau Kemenhub, dan DPR. “Diperkirakan terjadi kemacetan panjang di sejumlah titik. Kami mohon maaf kepada masyarakat yang terkena dampak,” kata Igun dalam keterangan pers, Jumat (16/5).

Daftar Tuntutan Driver Ojol dan Taksi Online

Igun menyampaikan para pengemudi ojol dan taksi online yang berdemo menyoroti dugaan pelanggaran peraturan regulasi Kepmenhub KP No.1001 tahun 2022 terkait potongan biaya aplikasi 20%.

Menurut dia, perusahaan aplikator besar mengambil komisi dari para pengemudi ojol dan taksi online hingga 50%, karena adanya program seperti argo goceng atau aceng, slot, double order, dan Hemat.

Oleh karena itu, mereka menuntut agar komisi yang harus dibayarkan pengemudi kepada aplikator maksimal 10% per transaksi.

Ketua SPAI Lily Pujiati bahkan menyampaikan potongan aplikator bisa mencapai 70%. Ia mencontohkan, pengemudi hanya menerima Rp 5.200 dari tarif pengantaran makanan Rp 18.000 yang dibayar pelanggan.

Senada dengan Garda, ia berharap komisi tersebut diturunkan dari 20% sebagaimana diatur dalam Kepmenhub, menjadi 10%. Selain itu, memastikan aplikator menerapkan kebijakan ini.

Para pengemudi ojol dan taksi online juga meminta kejelasan tarif untuk penumpang, barang, dan makanan. Selain itu, menghapus program prioritas yang dianggap diskriminatif.

Program yang dimaksud seperti GrabBike Hemat, aceng pada aplikasi Gojek, slot dan hub di ShopeeFood, serta program prioritas lainnya di platform seperti Maxim, Lalamove, InDrive, Deliveree, dan Borzo.

SPAI juga mendesak Kementerian Ketenagakerjaan atau Kemnaker untuk segera membuat regulasi bagi pengemudi ojol dan taksi online, dengan memasukkan pembahasan ke dalam RUU Ketenagakerjaan yang sudah masuk dalam prioritas Program Legislasi Nasional.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Kamila Meilina, Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...