Kilas Balik Merger Grab dan Gojek Sejak 2018, Didorong SoftBank
Kabar merger Grab dan Gojek kembali berhembus setelah Menteri Sekretaris Negara alias Mensesneg Prasetyo Hadi mengatakan Danantara atau Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara diajak berdiskusi terkait Perpres terkait taksi dan ojek online atau ojol.
"Berbagai macam (kementerian yang diajak diskusi). Sebab itu, kemudian ada juga Danantara yang ikut terlibat (dalam pembahasan Perpres)," kata Prasetyo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (7/11).
Para wartawan kemudian bertanya apakah keterlibatan Danantara dalam diskusi terkait Perpres taksi online dan ojol itu terkait isu merger Grab dan Gojek yang sudah lama berhembus. “Ya salah satunya,” Prasetyo Hadi menjawab pertanyaan jurnalis.
Prasetyo Hadi juga mengiyakan kabar bahwa Grab ingin membeli saham GoTo Gojek Tokopedia. “Rencananya begitu,” ia menambahkan.
Selain itu, ia mengatakan bentuknya bisa berupa merger maupun akuisisi. “Sedang kami cari skemanya,” ujar dia.
Ia memastikan hubungan Grab dan Gojek tidak akan memonopoli. “Tidak,” kata Prasetyo Hadi.
Sambil berlari kecil, ia mengatakan bahwa pembahasan wacana merger Gojek dan Grab maupun Perpres ojol bertujuan agar bisnis berbagi tumpangan tetap berjalan. Namun ia tidak mengetahui alasan kedua perusahaan berpotensi terhambatnya bisnisnya, sehingga pembahasan itu dilakukan.
Prasetyo hanya menjelaskan Grab dan Gojek menciptakan lapangan kerja. “Mitra pengemudi (taksi online dan ojol), jumlahnya cukup besar. Dan sekarang kami sadar bahwa ojol merupakan pahlawan ekonomi,” kata Prasetyo.
Para jurnalis kemudian bertanya, pembahasan wacana merger Gojek dan Grab apakah untuk mencegah pemutusan kemitraan besar-besaran akibat Perpres yang tengah dikaji. Prasetyo tidak menjawab.
Kajian Penggabungan Gojek dan Grab Dibahas Sejak 2018
Pada Februari 2020, sumber Informasi menyampaikan Grab dan Gojek berdiskusi terkait konsolidasi guna meminimalkan kerugian perusahaan. Saat ini, Gojek belum merger dengan Tokopedia.
“Perusahaan berusaha untuk membendung kerugian yang disebabkan oleh pertarungan mahal untuk merebut pangsa pasar,” demikian dikutip dari The Information , pada Februari 2020.
Kabar itu berhembus setelah Grab mendapat pendanaan 80 miliar yen atau Rp 9,8 triliun dari bank terbesar di Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group atau MUFG, serta Nadiem Makarim yang mundur dari posisi CEO Gojek pada Oktober 2019.
Saat itu, valuasi Grab disebut-sebut mencapai US$ 14 miliar atau Rp 194,6 triliun, sementara Gojek US$ 9 miliar atau Rp 125,1 triliun.
Pada Maret 2020, Financial Times melaporkan pemegang saham Grab mendorong agar kedua perusahaan bergabung. Sumber yang merupakan investor Grab menyampaikan upaya menyatukan keduanya intens dibahas sejak 2018.
Walaupun sumber menyampaikan rencana merger Grab dan Gojek kabarnya merupakan ide investor SoftBank, Elliot Management Corp. Akan tetapi, SoftBank membantah rumor itu.
SoftBank Tekan Grab dan Gojek untuk Merger
Dikutip dari Bloomberg pada Oktober 2020, pemegang saham membahas potensi kedua perusahaan menggabungkan semua operasional, atau Grab hanya mengakuisisi bisnis Gojek di Indonesia.
Sumber mengatakan, CEO Grab Anthony Tan memilih untuk mengakuisisi pasar yang lebih sempit. Dengan begitu, perusahaan memiliki kendali yang lebih besar.
“Ini memungkinkannya menjalankan bisnis di Indonesia sebagai anak perusahaan Grab,” demikian kata sumber. Namun, ia tidak memerinci pasar yang dimaksud.
Sementara itu, pemegang saham Gojek mendorong kombinasi di seluruh Asia Tenggara. “Ini karena mereka akan berakhir dengan lebih banyak bisnis yang digabungkan,” demikian kata sumber.
Pemegang saham Grab dan Gojek membujuk SoftBank untuk mendukung merger kedua perusahaan. Perusahaan investasi multinasional asal Jepang ini berinvestasi di kedua startup bernuansa hijau itu.
SoftBank saat itu tertekan karena gagalnya penawaran saham perdana alias Initial Public Offering (IPO) startup berbagi kantor WeWork 2019. WeWork akhirnya mendekati kebangkrutan, dan kesulitan membayar utang.
Pendiri SoftBank Masayoshi Son mengunjungi Jakarta pada awal 2019 untuk membahas investasi di bidang teknologi dan pengembangan unicorn di Indonesia, serta rencana pembangunan Ibu Kota Nusantara alias IKN.
Sumber menyampaikan, Son menyadari bahwa Gojek merupakan lawan tangguh Grab, sehingga mendukung pembicaraan untuk konsolidasi. “Stres akibat Covid-19 dan kekhawatiran atas model bisnis berbagi tumpangan secara global menekan perusahaan untuk menyetujui kesepakatan,” demikian dikutip dari Financial Times, pada Maret 2020.
Selain SoftBank, Grab dan Gojek memiliki investor yang sama yakni raksasa korporasi asal Jepang Mitsubishi. Berdasarkan data Crunchbase, Mitsubishi UFJ Financial Group menyuntikan modal di Grab, sementara Mitsubishi Corporations, Mitsubishi Motors, Mitsubishi UFJ Financial Group, dan Visa berinvestasi di Gojek.
Halaman selanjutnya: bocoran skema merger Grab dan Gojek



