Keamanan Data Dikeluhkan Pengguna, Zoom Fokus Memperbaiki Privasi

Fahmi Ahmad Burhan
3 April 2020, 09:17
Ilustrasi, video conference.Pengguna aplikasi Zoom meningkat setelah pandemi virus corona. Sebab, banyak perusahaan terutama startup melaksanakan rapat online hingga pemecatan karyawan melalui video conference.
ANTARA
Ilustrasi, video conference.Pengguna aplikasi Zoom meningkat setelah pandemi virus corona. Sebab, banyak perusahaan terutama startup melaksanakan rapat online hingga pemecatan karyawan melalui video conference.

Aplikasi zoom mengalami lonjakan penggunaan sepanjang Maret 2020, namun lonjakan penggunaan diikuti oleh keraguan dari beberapa kalangan terkait keamanan Zoom.

Lonjakan pengguna Zoom terjadi, setelah banyak negara menerapkan karantina wilayah (lockdown) dan pembatasan fisik (physical distancing) akibat pandemi corona.

Akibat pembatasan ruang gerak, banyak perusahaan kemudian menerapkan sistem bekerja di rumah atau work from home dan menjalani rapat atau aktivitas pertemuan lain dengan Zoom.

Mengutip Reuters, Kamis (2/4), pada Desember 2019 pengguna aplikasi Zoom secara global tercatat hanya mencapai 10 juta pengguna harian. Jumlah itu kemudian melonjak pada Maret 2020 menjadi 200 juta pengguna harian.

"Kami menempatkan pertumbuhan ini dibanding Desember 2019 dengan jumlah maksimum peserta rapat harian, baik gratis maupun berbayar hanya ada 10 juta," kata pendiri sekaligus CEO Zoom Eric Yuan, dalam sebuah surat dikutip Reuters, Kamis (2/4).

(Baca: Zoom dan 4 Aplikasi Rapat Online Selama Pandemi Covid-19)

Dalam beberapa pekan terakhir, Zoom juga telah digunakan lebih dari 90.000 institusi pendidikan, untuk melakukan aktivitas belajar-mengajar secara daring (online), di 20 negara.

Berdasarkan analisis JP Morgan, jumlah pengguna aktif harian Zoom mengalami peningkatan 378% secara tahunan (year on year/yoy) pada Maret 2020. Sedangkan, berdasarkan data Apptopia, pengguna aktif bulanan Zoom tercatat melonjak 186%.

Meski begitu, beberapa kalangan mulai dari perusahaan pembuat roket yang didirikan Elon Musk, SpaceX, sampai Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (AS) atau Federal Bureau of Investigation (FBI) meragukan keamanan Zoom.

SpaceX mengumumkan, bahwa semua akses karyawan ke aplikasi Zoom telah dinonaktifkan sejak akhir pekan lalu (28/3). SpaceX kemudian mengimbau para karyawannya menggunakan layanan komunikasi lain di tengah pandemi corona.

(Baca: Elon Musk hingga FBI Ragu Keamanan Zoom, Penggunanya Justru Melonjak)

Alasan SpaceX, yakni keamanan data pengguna Zoom yang tidak bisa dipercaya. Sedangkan SpaceX merupakan perusahaan teknologi yang mempunyai standar tinggi perihal keamanan data untuk kepentingan nasional AS.

FBI pun memperingatkan sekolah-sekolah tentang bahaya pengaturan default Zoom. Kantor Jaksa Agung New York juga mengirim surat kepada Zoom untuk meminta klarifikasi terkait upaya menjaga keamanan data pengguna.

Zoom pun menghadapi tuntutan hukum di California, dengan tuduhan pengumpulan informasi pribadi pengguna, tanpa pemberitahuan yang memadai. Mereka juga menuduh Zoom memberikan informasi pribadi tersebut ke pihak ketiga, termasuk Facebook.

Yuan telah meminta maaf kepada ratusan juta pengguna aplikasi zoom, setelah mendapat kecaman karena masalah keamanan. "Kami menyadari bahwa kami kurang memenuhi harapan privasi dan keamanan komunitas," kata Yuan dalam sebuah posting blog, dikutip dari CNN.com pada Kamis (2/4).

(Baca: Ahli IT Ungkap Potensi Kebocoran Data pada Aplikasi Zoom)

Zoom mengaku menyesal dan berhenti menambahkan fitur baru untuk 90 hari ke depan. Selanjutnya, Zoom menyatakan akan fokus mengatasi masalah keamanan di aplikasinya itu.

Zoom juga akan merilis laporan transparansi secara berkala, mirip dengan langkah yang dilakukan oleh raksasa teknologi seperti Facebook, Twitter, dan Google. Ketiganya memang merinci dalam laporannya terkait permintaan data atau konten dari otoritas pemerintah.

Akibat masalah keamanan, saham Zoom pun ikut tergelincir. Pada Kamis (2/4) saham Zoom ditutup turun 11%. Meski demikian, saham Zoom tercatat telah mengalami peningkatan, sejak pandemi corona.

Dikutip dari Forbes, pada Rabu (25/3), harga saham Zoom tembus US$ 106,8 atau Rp 1,7 juta. Capaian tersebut itu merupakan level harga saham tertinggi sepanjang sejarah Zoom.

(Baca: Banyak Diakses Selama WFH, Sri Mulyani Incar Pajak Zoom dan Netflix)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...