Alasan Malaysia Jadi Rebutan Raksasa Teknologi Amerika dan Cina

Desy Setyowati
11 Juni 2024, 09:03
Microsoft, apple, google, tiktok, malaysia
Microsoft
CEO Microsoft Satya Nadella saat berkunjung ke Malaysia
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Malaysia kini menjadi rebutan investasi raksasa teknologi Amerika dan Cina. Para big tech global itu ingin menjadikan negara tetangga Indonesia sebagai pusat AI.

Pemilik TikTok, ByteDance berencana berinvestasi dalam kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) di Malaysia RM 10 miliar atau Rp 34 triliun (kurs Rp 3.434 per ringgit).

Raksasa teknologi asal Cina itu ingin menjadikan Malaysia sebagai pusat AI se-Asia Tenggara.

Menteri Investasi, Perdagangan, dan Perindustrian Tengku Datuk Seri Zafrul Abdul Aziz mengatakan hal itu disampaikan oleh Wakil Presiden TikTok Helena Lersch saat bertemu di Singapura.

“Tambahan investasi dari ByteDance tentunya akan membantu Malaysia dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi digital hingga 22,6% terhadap Produk Domestik Bruto Malaysia atau PDB pada 2025,” ujar dia dikutip dari The Star, Jumat (7/6).

Menteri juga mencatat bahwa TikTok, melalui ByteDance System Sdn Bhd, telah mengembangkan pusat data di Sedenak Tech Park di Kulai, Johor.

Tengku Zafrul menambahkan, induk TikTok itu juga berencana memperluas fasilitas pusat data dengan tambahan investasi RM 1,5 miliar.

Malaysia Jadi Rebutan Raksasa Teknologi Cina, Amerika

Ada lima negara yang menjadi sumber investasi asing langsung terbesar di Malaysia. Rinciannya secara berurutan yakni Belanda, Singapura, Amerika Serikat, Cina, dan Jepang, menurut Otoritas Pengembangan Investasi Malaysia.

“Investasi besar Amerika di bidang teknologi bernilai tinggi jelas positif. Hal ini mencerminkan perluasan sumber FDI Malaysia yang mengurangi risiko dan ketergantungan pada satu sumber dominan,” ujar Ekonom di Universitas Sains dan Teknologi Malaysia Geoffrey Williams dikutip dari Benar News.

Analis urusan luar negeri Collins Chong Yew Keat mengatakan, raksasa teknologi Amerika yang berinvestasi di Malaysia menandakan lindung nilai strategis dan perhatian terhadap perubahan dinamika kekuasaan di masa depan.

“Prospek demografi Cina dan prospek jangka panjang juga memaksa perusahaan-perusahaan terkemuka untuk mencari pasar di tempat lain,” kata Collins dari University Malaya, mengacu pada penurunan populasi dan perlambatan pertumbuhan di Amerika.

Sejumlah raksasa teknologi Amerika Google, Apple, dan Microsoft mengumumkan investasi di Malaysia pada 2024. Google berinvestasi US$ 2 miliar atau Rp 32,4 triliun (kurs Rp 16.255 per US$) di Malaysia untuk membangun pusat data alias data center dan hub cloud pertama di negara ini.

President, CFO, dan CIO di Alphabet dan Google Ruth Porat menyampaikan, investasi tersebut akan menjadi yang terbesar yang pernah dilakukan Google di Malaysia selama 13 tahun beroperasi di negara ini.

Microsoft mengumumkan investasi di Malaysia US$ 2,2 miliar atau Rp 35,4 triliun (kurs Rp 16.091 per US$) pada awal Mei (3/5). Nilainya menjadi yang terbesar dalam 32 tahun kehadiran perusahaan di negara tetangga ini.

“Kami berkomitmen untuk mendukung transformasi AI di Malaysia dan memastikan hal ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat Malaysia,” kata CEO Microsoft Satya Nadella dalam keterangan pers, pada awal Mei (3/5).

Selain itu, Apple berencana membuka toko alias Apple Store pertama di Malaysia bulan depan. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari upaya ekspansi lebih besar ke kawasan Asia di luar Cina untuk menghadapi persaingan dengan Huawei.

Merujuk keterangan Apple dari situs resmi, toko di Malaysia akan dibuka pada 22 Juni pukul 10 pagi waktu setempat. Toko ini akan berlokasi di mal The Exchange TRX, Kuala Lumpur.

Apple tidak memproduksi iPhone di Malaysia, namun memproduksi beberapa model Mac secara lokal. Di negara Asia Tenggara lain, Apple sudah memiliki Apple Store di Singapura dan Thailand.

Alasan Malaysia Jadi Rebutan Raksasa Teknologi

Mantan pendiri startup kuliner berbasis robot di Sillicon Valley Kathirgugan menyampaikan, Pemerintah Malaysia mengecualikan Tesla dari kebijakan lama yang menyatakan bahwa korporasi asing memerlukan setidaknya 30% kepemilikan saham Bumiputera untuk mendirikan pabrik.

Tarif impor juga dihapuskan untuk semua mobil Tesla. Kathirgugan mengungkapkan hal ini melalui situs berita Free Malaysia Today.

Berkat kebijakan itu, pemesanan mobil buatan perusahaan Elon Musk ini pun 10 ribu per-order dalam empat hari sejak pembukaan penjualan.

Selain itu, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim bertemu CEO Nvidia Jensen Huang di Putrajaya baru-baru ini. Perusahaan Malaysia YTL bermitra dengan Nvidia untuk membangun pusat data AI dengan investasi RM 20 miliar.

Anwar juga mengantarkan CEO Microsoft Satya Nadella ke mobil saat petinggi raksasa teknologi asal Amerika itu mengumumkan investasinya di Malaysia.

Wakil Menteri Kominfo Nezar Patria mengatakan, besaran investasi Apple dan Microsoft tergantung pada kemampuan atau tingkat adopsi di masing-masing negara. Ia mencontohkan, adopsi teknologi AI.

“Mungkin di sejumlah negara tetangga, adopsinya lebih intens (ketimbang Indonesia),” kata Nezar kepada media usai acara Public Workshop: Accelerating Responsible AI Governance and Innovation with Copilot for Indonesia, di Jakarta, bulan lalu (6/5).

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies alias CELIOS Nailul Huda menambahkan, Malaysia bisa mengekspor produk high tech manufaktur hingga 50% dari total. Di Indonesia hanya 7%.

Selain itu, raksasa cip dunia seperti Intel dan Bosch membangun pabrik di Malaysia.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...