Radiasinya Dianggap Berbahaya, Jepang hingga Eropa Tetap Adopsi 5G
(Baca: Langkah Kominfo agar Adopsi 5G di Indonesia Lebih Efisien)
Beberapa negara di Asia dan AS juga gencar mengadopsi 5G. SDX Central melaporkan, perusahaan telekomunikasi asal Korea Selatan, SK Telecom mengakuisisi spektrum frekuensi 3,5 GHz dan 28 GHz untuk memperluas layanan 5G. Korea Telecom bahkan menguji coba 5G di Bokwang, Gangneung, Jeongseon, PyeongChang, dan Seoul pada tahun lalu.
Lalu, jaringan 5G di Tiongkok diperkirakan mencapai 40% dari seluruh wilayah pada 2025. Studi Akademi Teknologi Informasi dan Komunikasi Tiongkok memprediksi, kontribusi 5G mencapai 3,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Negeri Panda itu. Teknologi ini juga diproyeksi menciptakan delapan juta pekerjaan dan menambah nilai ekonomi 2,9 triliun yuan pada 2030.
Di Jepang, 5G diuji coba untuk penggunaan pesawat tanpa awak alias drone dengan AI. Nikkei Asian Review melaporkan, NTT DoCoMo dan Sohgo Security Services bakal menggunakan 5G dalam menangani keamanan selama upacara pembukaan Olimpiade 2020.
Produsen perlengkapan telekomunikasi asal Swedia, Ericsson, memproyeksikan lima sektor yang bakal masif mengadopsi teknologi 5G pada 2026. Kelima sektor itu adalah manufaktur, keamanan publik (public safety); kesehatan; transportasi umum; dan utilitas.
Vice President Network Services Ericsson Indonesia Ronni Nurmal menjelaskan, 5G memungkinkan perusahaan mendapat layanan jaringan dengan tingkat latensi atau keterlambatan transmisi data yang rendah. "Kelima sektor itu, kami prediksi bisa mengadopsi 5G di 2026," kata dia, akhir tahun lalu.
(Baca: Langkah Gencar Telkomsel Kembangkan 5G: Gandeng Huawei hingga Ericsson)