Bos Gojek: Teknologi Digital dapat Atasi Akses Pendidikan & Kesehatan
CEO Gojek, Nadiem Makarim, mengatasi persoalan keterbatasan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) termasuk pengemudi ojek, dalam menjangkau pasar melalui aplikasi Gojek. Kini, menurutnya, hambatan masyarakat dalam memanfaatkan layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan bisa diatasi dengan mengadopsi teknologi.
Persoalannya terletak pada kesiapan pemerintah untuk mengadopsi teknologi. “Mereka harus mulai dengan memastikan bahwa fondasi dan infrastruktur digital yang tepat sudah ada,” kata Nadiem dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan oleh Channel News Asia, pekan lalu (11/6).
Sebab, menurutnya layanan digital yang paling sederhana sekalipun memerlukan akses listrik, internet, dan operator yang kompeten. Selain itu, pemerintah perlu menciptakan lingkungan bisnis yang menguntungkan, dengan cara membuat regulasi dan infrastruktur digital yang memungkinkan inovasi berkembang.
(Baca: Nadiem Makarim Ungkap Rahasia Sukses SuperApp Gojek)
Peraturan dan regulasi terkait teknologi perlu dibuat untuk mencegah pelanggaran privasi, penyalahgunaan data, dan bias algoritma. Standardisasi data juga akan menjadi kunci untuk memecah silo antarprogram, serta memastikan informasi dapat dibagikan dan dibandingkan di seluruh wilayah dan antarorganisasi.
Pada akhirnya, pemerintah harus terbuka terhadap inovasi di sektor publik. “Juga menciptakan peluang bagi sektor swasta untuk bekerja sama dengan pemerintah,” kata Bos Gojek ini.
Indonesia, menurutnya menarik di mata investor yang mengikuti perkembangan bisnis digital. Akan tetapi, perlu ada kerja sama erat antara pemerintah dan sektor swasta guna memaksimalkan potensi teknologi.
Berdasarkan pengalamannya, negara yang siap mengadopsi teknologi—dengan menerapkan langkah-langkah tersebut—bisa mengubah layanan kesehatan dan pendidikan secara digital. Kemudian, hal ini menciptakan peluang kerja baru yang sehat.
(Baca: Sri Mulyani Pertimbangkan Gojek Jadi Agen SPT Pajak)
Salah satu cara Gojek untuk meruntuhkan hambatan di bidang kesehatan adalah dengan menggaet Halodoc. Startup di bidang kesehatan ini menghubungkan pasien dengan dokter, asuransi, laboratorium, dan apotek dalam satu aplikasi.
Kini, ada 20 ribu dokter dan 1.000 apotek yang menjadi mitra Halodoc. Startup tersebut juga menggaet sekitar 2 juta pengguna. Dalam menjalankan bisnisnya, Halodoc memanfaatkan layanan perjalanan menggunakan roda dua Gojek, Go-Ride.
Perkembangan ini menurutnya baru permulaan. “Ada potensi nyata ke depan di mana sistem virtual bisa meruntuhkan dinding klinik dan ruang kelas, memfasilitasi diagnosis jarak jauh melalui teknologi telehealth, dan menjangkau siswa di daerah melalui konferensi video dan e-learning,” kata dia.
Kendati begitu, menurutnya teknologi harus dipahami dengan bijak. Pemanfaatan teknologi semestinya fokus pada persoalan yang ingin diatasi.
(Baca: Nadiem Makarim: Go-Jek Tawarkan Solusi Infrastruktur Logistik)