Dapat Izin Frekuensi 5G, Smartfren Targetkan Pertumbuhan Pelanggan 30%
Sebelumnya, dalam riset yang bertajuk ‘Ericsson Mobility Report 2020, operator seluler yang lebih cepat mengadopsi 5G akan mendapatkan keuntungan berupa peningkatan pangsa pasar yang lebih besar hingga 2030.
Head of Network Solutions Ericsson Indonesia Ronni Nurmal mencontohkan Telstra, operator pertama di Australia yang mengembangkan 5G. "Perusahaan ini bisa kuasai 50% pangsa pasar layanan seluler di negaranya," kata Roni dalam acara peluncuran ‘Ericsson Mobility Report 2020’ secara virtual, Selasa (8/12) lalu.
Kemudian, LGU di Korea Selatan yang diklaim mempunyai daya tawar pangsa pasar besar setelah mengembangkan 5G pertama di negaranya. “Teknologi ini membuka kemungkinan keunggulan kompetitif," katanya.
Riset itu juga menyebut bahwa operator seluler Indonesia bisa meraup pendapatan US$ 8,2 miliar atau Rp 116,1 triliun pada 2030, jika mengadopsi 5G.
Diketahui, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memang sudah menyiapkan opsi agar jaringan 5G bisa diterapkan pada akhir tahun ini. Kementerian pun melelang pita frekuensi 2,3 GHz untuk 5G pada akhir tahun lalu.
Selain Smartfren, dua perusahaan lainnya yang lolos evaluasi administratif lelang pita frekuensi 2,3 GHz adalah Telkomsel dan 3 Indonesia.
Ketiga perusahaan ini menawarkan Rp 144,867 miliar untuk mendapatkan frekuensi 2,3 GHz pada rentang 2360 – 2390 MHz. "Peringkat ini berdasarkan urutan waktu tercepat pada aplikasi pencatatan waktu," demikian dikutip dari siaran resmi Kominfo, akhir tahun lalu (15/12).