Kominfo: 2.150 Hoaks Vaksin Corona, Salah Satunya Dipasang Cip Pelacak

Fahmi Ahmad Burhan
25 Januari 2021, 16:07
Kominfo: 2.150 Hoaks Vaksin Corona, Salah Satunya Dipasang Cip Pelacak
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/rwa.
Vaksinator menunjukkan kotak vaksin COVID-19 Sinovac saat pelaksanaan vaksinasi COVID-19 untuk tenaga kesehatan (nakes) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, Senin (18/1/2021).

Sebelumnya Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, keraguan terhadap vaksin masuk dalam 10 besar ancaman terhadap kesehatan global pada 2019. Padahal, WHO menyampaikan bahwa vaksinasi bisa mencegah kematian 2-3 juta orang per tahun.

Untuk meminimalkan peredaran hoaks, kementerian berfokus meningkatkan literasi digital dan menggandeng kepolisian. "Kami mendukung upaya kepolisian menegakkan hukum terhadap pelaku, pembuat dan/atau penyebar hoaks sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku," kata Dedy.

Berdasarkan riset Katadata Insight Center (KIC) dan Kominfo, hoaks yang tersebar di masyarakat paling banyak beredar melalui media sosial. Ada 71,9% responden mengatakan bahwa Facebook merupakan media yang paling sering menyajikan isu hoaks dan berita bohong.

Disusul oleh WhatsApp, YouTube, dan portal berita online masing-masing 31,5%, 14,9%, 10,7%. Kemudian Instagram dan televisi yakni 8,1% dan 7,7%.  

Riset tersebut dilakukan pada 18 hingga 31 Agustus 2020 terhadap 1.670 responden yang merupakan pengguna internet berusia 13 hingga 70 tahun. Pengambilan sampel survei menggunakan multi-stage random sampling dengan teknik home visit di area survei dengan margin of error ±2,45%.

Facebook pun melakukan upaya pencegahan penyebaran hoaks vaksin corona sejak akhir tahun lalu. Pada pembaruan kebijakan, perusahaan melarang klaim palsu tentang vaksin yang telah dibantah oleh para ahli kesehatan.

Sedangkan Google memberikan US$ 250 juta dalam bentuk hibah iklan kepada pemerintah di beberapa negara agar bisa mengumumkan layanan publik terkait vaksin itu. Selain itu, hibah hingga US$ 3 juta kepada jurnalis dan pemeriksa fakta yang menangani hoaks tentang vaksin.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...