Akses Digital Bagi Perempuan Indonesia Masih Timpang

Arie Mega Prastiwi
15 Oktober 2021, 14:47
Perempuan dan akses digital
123RF

Tantangan lain yang dihadapi perempuan adalah adanya hambatan kultural berupa rendahnya kemampuan literasi dasar yang berlanjut pada lemahnya literasi digital, ketiadaan waktu karena beban kerja ganda, budaya patriarki yang termanifestasi dalam pelabelan gender, pembagian kerja berdasarkan gender, dan subordinasi perempuan dalam keluarga.

Berbagai ketimpangan dan hambatan yang dihadapi perempuan pantang diabaikan apabila Indonesia masih bertekad menggapai “Visi Indonesia 2045”. Salah satu hal yang menjadi syarat terwujudnya target tersebut—menurut Bappenas, adalah terciptanya manusia Indonesia yang unggul dan berbudaya, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kesetaraan gender di dunia digital juga merupakan bagian dari cita-cita global dalam rumusan Sustainable Development Goals (SDGs) per tahun 2030. Berbagai penelitian pun telah membuktikan bahwa ada korelasi erat antara pemberdayaan perempuan dalam bidang TIK dengan peningkatan kualitas kesejahteraan di suatu negara.

Hal ini sedikit banyak telah terbukti dalam kehidupan keseharian masyarakat di masa pandemi. Kaum perempuan di banyak keluarga telah membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi motor penggerak UMKM dan menciptakan ketahanan ekonomi keluarga ketika perekonomian nasional sedang lesu—bahkan turun kelas dari upper middle income pada 2020 ke lower middle income country pada 2021.

Tenaga Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa Devie Rahmawati menyatakan, sebagai bukti komitmen pada terciptanya kesetaraan gender digital melalui pendekatan infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM), Kominfo tengah membangun based transceiver station (BTS)—dengan target total 9.586 BTS terbangun dan beroperasi hingga 2024. Tak hanya itu, Kominfo juga mengembangkan inisiatif Gerakan Nasional Literasi Digital dengan tujuan membangun SDM digital Indonesia.

Devie juga berpendapat bahwa “perempuan merupakan pusat episentrum dalam keluarga. Ketika perempuan telah berdaya dan cakap digital, maka anggota keluarga lainnya juga akan ikut terpapar karena perempuan memiliki kemurahan hati dan keluasan energi untuk membagikan ilmunya,” kata Devie.

Adanya komitmen dari pemerintah ditambah kolaborasi dengan organisasi masyarakat sipil (OMS) diharapkan bisa selekasnya mengentaskan kesenjangan gender dalam mengakses, mengoperasikan, dan menikmati manfaat dari kemajuan TIK di era digital ini.

Kontributor: Petty Lubis

Halaman:
Reporter: Arie Mega Prastiwi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...