Serangan Hacker Meroket, Baru 17% Bisnis Asia Tenggara yang Bersiap

Lenny Septiani
17 April 2023, 12:21
hacker, serangan siber
123rf/maksim shmeljov
Ilustrasi hacker

Hasil dari survei tersebut menunjukkan, hanya 17% bisnis di Asia Tenggara yang sepenuhnya memitigasi risiko keamanan siber atau serangan hacker terkait digitalisasi. Caranya yakni:

  • Kerja remote dan hybrid (43%)
  • Adopsi cloud yang dipercepat (43%)
  • Peningkatan penggunaan internet of things atau IoT (34%)
  • Peningkatan digitalisasi supply chain (32%).

Menurut para eksekutif yang disurvei:

  • Cloud-based pathways (47%) dan aplikasi berbasis web (46%) dapat menimbulkan risiko keamanan siber terbesar bagi perusahaan di Asia Tenggara
  • Keamanan siber untuk supply chain juga menjadi perhatian penting
  • Software supply chain compromise (26%) diantisipasi di antara serangan yang diperkirakan akan meningkat secara signifikan pada 2023
  • Lebih dari separuh pimpinan perusahaan di Asia Tenggara (52%) yang disurvei menyebutkan bahwa pendorong kritis keterlibatan pimpinan di kawasan ini adalah meningkatnya permintaan pelaporan eksternal untuk penjelasan insiden dan praktik siber (52%)
  • 78% memperkirakan anggaran keamanan siber meningkat. Angkanya lebih tinggi dibandingkan survei PwC secara global yakni 65%
  • Lebih dari 80% pimpinan di Asia Tenggara mengatakan bahwa akibat peningkatan digitalisasi, eksposur perusahaan meningkat terhadap risiko siber
  • Sebanyak 69% dari para pemimpin Asia Tenggara berfokus pada peningkatan mekanisme pelaporan. Sementara itu, yang berfokus pada pelatihan internal dan eksternal untuk pimpinan perusahaan 53%.
  • Hanya 42% yang disurvei menyebutkan bahwa organisasi mereka telah sepenuhnya memitigasi risiko keamanan siber terkait dengan peningkatan volume data dalam 12 bulan terakhir

“Pelanggaran data merupakan ancaman yang meluas di dunia digital saat ini, karena ancaman siber terus meningkat secara frekuensi dan kecanggihannya. Pendekatan holistik terhadap keamanan siber telah menjadi prioritas utama untuk C-suite dan pimpinan,” kata Cyber Leader, PwC South East Asia Consulting Raymond Teo dalam keterangan pers berbeda, Senin (17/4).

Menurutnya ada tiga hal yang perlu dilakukan untuk mengimbangi transformasi digital dan membantu dalam membangun kepercayaan publik, yaitu:

  1. Program manajemen risiko strategis
  2. Perencanaan yang kontinjensi dan kontinuitas
  3. Pelaporan eksternal yang jelas dan konsisten

Risk Consulting Leader PwC Indonesia Chairil Tarunajaya menjabarkan rincian perusahaan di Indonesia yang berencana menaikkan anggaran siber tahun ini:

  • 26% responden ingin menaikkan anggaran siber maksimal 5%
  • 21% responden ingin menaikkan anggaran siber 6% - 10%
  • 18% responden ingin menaikkan anggaran siber 11% - 14%

Halaman:
Reporter: Lenny Septiani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...