Pengguna Threads Tembus 70 Juta, Twitter Akan Tenggelam?
Pesaing baru Twitter, Threads, semakin menarik warganet sejak debut publiknya pada Rabu malam (5/7) waktu AS. CEO Meta, Mark Zuckerberg, mengatakan platform media sosial berbasis teks tersebut sudah memiliki 70 juta pendaftar pada Jumat (7/7).
The Verge melaporkan bahwa pengguna Threads telah memposting lebih dari 95 juta postingan dan 190 juta likes.
Pertumbuhan yang berkembang pesat dibantu oleh fakta bahwa Threads terkait dengan jejaring sosial Meta sebelumnya yaitu Instagram. Pengguna dapat mendaftar menggunakan akun Instagram dan mempertahankan beberapa pengikut mereka saat orang lain mendaftar ke aplikasi tersebut.
“Meta hanya membutuhkan 1 dari 4 pengguna Instagram agar Threads bisa sebesar Twitter,” kata Jasmine Enberg, analis utama Insider Intelligence, dikutip dari CNBC News, Sabtu (8/7).
Berdasarkan laporan pendapatan perusahaan, Twitter memiliki hampir 238 juta pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi pada Triwulan I 2023.
Threads juga masih memiliki banyak ruang untuk berkembang karena belum diluncurkan di Eropa. Salah satu petinggi Instagram mengatakan, Threads masih harus memenuhi sejumlah aturan untuk bisa diluncurkan di benua biru tersebut.
Twitter Akan Tenggelam?
Pemilik Twitter, Elon Musk, tampaknya telah menunjukkan beberapa kekhawatiran tentang Threads. Pengacaranya Alex Spiro menulis surat kepada Meta yang menuduh perusahaan itu melakukan "penyalahgunaan yang melanggar hukum" atas rahasia dagang.
Namun demikian, Threads membantah tuduhan tersebut. "Tidak seorang pun di tim teknik Threads adalah mantan karyawan Twitter," kata Direktur Komunikasi Meta, Andy Stone, menanggapi surat tersebut.
Namun, pertumbuhan saja tidak akan cukup untuk menjadikan Threads sebagai alternatif Twitter yang bertahan dalam ujian waktu. Aplikasi juga harus menunjukkan bahwa mereka dapat membuat pengguna tetap terlibat dan kembali.
Twitter dikenal banyak digunakan oleh jurnalis, politisi, dan akademisi. Media sosial itu merupakan tempat di mana berita sering tersiar.
Di sisi lain, Meta telah mengambil langkah-langkah untuk tidak menekankan konten politik di Facebook, sebuah kebijakan yang jika dibawa ke Threads, akan membedakannya dari Twitter.
Threads milik Meta dapat memiliki audiens dan fokus yang lebih luas karena hubungannya dengan Instagram, yang menekankan penggunaan visual.
“Pemburu berita dan loyalis Twitter yang rajin sepertinya tidak akan membelot dari Twitter, dan Meta perlu membuat Threads tetap menarik untuk mempertahankan momentum setelah kebaruan memudar,” tulis Enberg.
Meski begitu, banyak politisi telah mendaftar untuk layanan Threads. Axios melaporkan bahwa lebih dari seperempat dari 535 anggota Kongres di Amerika Serikat telah membuat akun, selain itu terdapat juga setengah lusin kandidat presiden dari Partai Republik dan pembantu Gedung Putih.
Banyak pengiklan yang terbiasa bekerja dengan Meta juga cenderung menyambut alternatif Twitter, terutama jika mereka menganggapnya lebih aman untuk merek.
Tidak Kerek Harga Saham
Meskipun mendapatkan respons positif, peluncuran threads belum dapat mengerek harga saham Meta. Berdasarkan data Yahoo Finance, saham Meta Platforms yang dicatatkan di bursa Nasdaq, turun tipis 0,8% dibandingkan hari sebelumnya ke level US$291,98 per saham pada penutupan perdagangan Kamis (6/7/2023) waktu setempat.
Padahal pada penutupan perdagangan Rabu (5/7/2023), saham Meta Platforms naik 2,91% dari hari sebelumnya ke level US$294,36 per saham.
Meski alami sedikit penurunan, namun tren harga saham induk Facebook tersebut cenderung meroket dalam setahun terakhir. Tren peningkatan harga saham Meta Platforms utamanya terjadi sejak awal 2023, seperti terlihat pada grafik di bawah.
Jika dibandingkan secara tahunan (year-on-year/yoy), harga saham Meta Platform naik 71,98%. Pada periode tahun lalu (7/7/2022), harga saham perusahaan milik Mark Zuckerberg ini hanya US$169,77 per saham.
Kenaikan saham Meta Platform dalam setahun terakhir lantas membuat nilai kapitalisasi pasar emiten tersebut terangkat ke level US$729,22 miliar.