IMF: AI Bakal Pengaruhi 40% Tenaga Kerja, Memperburuk Kesenjangan

Hari Widowati
15 Januari 2024, 15:51
IMF menyebut pekerja berpenghasilan lebih tinggi dan lebih muda dapat melihat peningkatan yang tidak proporsional dalam upah mereka setelah mengadopsi AI.
ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/nz/cf
IMF menyebut pekerja berpenghasilan lebih tinggi dan lebih muda dapat melihat peningkatan yang tidak proporsional dalam upah mereka setelah mengadopsi AI.

"Sangat penting bagi negara-negara untuk membangun jaring pengaman sosial yang komprehensif dan menawarkan program pelatihan ulang bagi pekerja yang rentan," kata Georgieva. Dengan demikian, kita dapat membuat transisi AI menjadi lebih inklusif, melindungi mata pencaharian, dan mengurangi ketidaksetaraan.

Analisis IMF ini diterbitkan ketika para pemimpin bisnis dan politik global berkumpul di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. AI menjadi salah satu topik diskusi di WEF, menyusul lonjakan popularitas aplikasi seperti ChatGPT.

Teknologi ini menghadapi peningkatan regulasi di seluruh dunia. Bulan lalu, para pejabat Uni Eropa mencapai kesepakatan sementara tentang undang-undang komprehensif pertama di dunia yang mengatur penggunaan AI.

Parlemen Eropa akan melakukan pemungutan suara untuk proposal Undang-Undang AI pada awal tahun ini, tetapi undang-undang apa pun tidak akan berlaku hingga setidaknya tahun 2025. AS, Inggris, dan Cina hingga saat ini menerbitkan pedoman AI mereka sendiri.

Sebelumnya, induk usaha Google, Alphabet Inc, mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawan, Kamis (11/1). Alasan PHK ini untuk memangkas biaya operasional. 

Sejak awal tahun ini, Google telah mengumumkan akan memangkas 30 ribu karyawan. Raksasa teknologi ini akan mengganti karyawannya dengan AI. Salah satu departemen yang berdampak adalah departemen penjualan iklan. Hal ini terjadi setelah Google memperkenalkan 'era iklan bertenaga AI' dengan memperkenalkan iklan percakapan.  

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...